Quantcast
Channel: Kresnoadi, beserta rambutnya yang tidak kribo.
Viewing all articles
Browse latest Browse all 206

Ketika Bulu Hidung Didandanin yang Harus Kita Lakukan Adalah...

$
0
0
Gara-gara nggak sengaja ketemu sama temen kuliah pas lagi ngopi tadi, eh kita malah berlanjut ke dalam sebuah perdebatan sengit. Gue ngelihatin Mita yang lagi dandan, lalu tiba-tiba kepikiran, ‘Kapan sih sebenernya alis itu menjadi hal yang penting dalam dunia perdandanan?’

Gue kok ngerasa kayaknya pas zaman nyokap gue, alis gak segitunya diperhatiin ya. Paling cuma bedak, lipstik, dan pretelan lainnya. Alis sama sekali tidak masuk hitungan dalam daftar-organ-muka-yang-harus-didandanin.

Oleh karena itu, dibalut rasa penasaran yang tinggi, gue mengerahkan seluruh jiwa dan raga untuk ngegaplok paha Mita dan nanyain secara langsung. Dia awalnya kaget. Ini wajar, mengingat pertanyaan gue emang mahagakpenting. Sampai beberapa detik kemudian, dia tersadar kalo yang nanya emang anak sinting. Mita pun menjawab dengan santai, ‘Udah lama, bencong.’

‘Ya lamanya kapan?’ Gue mendesak, Mita terlonjak sedikit. Tidak siap dengan pertanyaan lanjutan gue. Kalo dipikir-pikir, emang pertanyaan gue nodong banget sih. Udah kayak gaya nanya dosen sewaktu sidang skripsi. Walaupun gak mungkin juga pas skripsian ditanyain, ‘Ini landasan teorinya gak bener nih! Kapan kamu benerin alis?’ Gak nyambung abis.

Tapi yang jelas, perdebatan sengit gue dan Mita berujung pada sebuah kalimat dari Kak Lala, senior gue di kampus. Dia bilang, ‘Kayaknya 2015-an deh, Di.’

Kalo gue perhatiin lebih lanjut, lucu juga sih alis-alisan ini. Kok kayaknya sekarang ngetren banget gitu. Semenjak fenomena alis didandanin ini, gue malah jadi suka ngelihatin alis cewek. Padahal, sebelum era alis-alisan ini, gue yakin nggak ada cowok yang pernah protes ke ceweknya. ‘Kamu cantik sih, tapi alis kamu nukik banget kayak tendangan Tsubasa.’

Maka pertanyaanya adalah: apa yang memicu para tukang dandan ini untuk mengubah bentuk alisnya?

Kalau disambungkan dengan teori dasar ekonomi, mungkin beberapa tahun lalu permintaan akan alat make up sedang tinggi-tingginya. Sementara sumber daya (bagian muka yang pengin didandanin) semakin langka. Jadilah mereka sebisa mungkin berinovasi untuk memanfaatkan sumber daya yang ada. Entah kenapa waktu itu yang kepikiran alis. Makanya deh alis seakan-akan dibuat menjadi sesuatu yang butuh didandani. Lalu apa problem selanjutnya? Ketika permintaan akan alat make up masih tinggi, sementara udah ga ada lagi yang bisa didandanin dari muka cewek. Kalo udah gini, bisa-bisa para peneliti ini memanfaatkan semaksimal mungkin muka kita. Dan di masa depan, cewek-cewek bakal dandanin… bulu idungnya. Ada yang dkepang, ada yang disatuin sama kumis (Ini khusus Iis Dahlia).

Lalu apa yang bisa cowok-cowok lakukan sewaktu hal ini benar-benar terjadi?

Oh jelas banyak.
Salah satunya, baca postingan ini, kemudian menyesal bareng-bareng.

--
Eniwei, gue baru sempet bacain komen-komen kemarin dan menemukan ini di postingan patah hati terkonyol:
shifa namusSeptember 19, 2016 at 1:08 PMseingetku sih dia namanya khansa athaya, kalo gasalah sih:v

Begitu gue cek, kok ternyata fotonya malah anak kecil umur 15 tahun. Terus gue jadi bingung sendiri. Karena hampir semua fotonya berambut panjang. Sementara di foto awal kan rambutnya pendek. Dan masalahnya, gue amat sangat dodol dalam hal nyamain muka kayak gini. Kadang kok kayak sama, tapi kadang malah ngerasa beda banget. Kecuali untuk cewek kerudungan. Nah itu gue jago banget! Karena buat gue, cewek kerudungan itu… mukanya jadi sama semua. Hehehe.

khansa attaya kresnoadi
Ini beneran dia bukan sih? Kok rada beda ya.

Well, meskipun identitas sesungguhnya belum ketahuan juga, tapi dengan adanya nama ini gue semakin dekat! Yosh! Dan paling tidak, dilihat dari fotonya, alisnya nggak nukik kayak tendangan Tsubasa.

Viewing all articles
Browse latest Browse all 206

Trending Articles