Quantcast
Channel: Kresnoadi, beserta rambutnya yang tidak kribo.
Viewing all 206 articles
Browse latest View live

Podcast Keriba-Keribo - CEWEK SOK CAKEP

$
0
0
Akhirnya bikin podcast lagi! Kali ini ngomongin tentang cewek sok cakep. Happy listening guys! \(w)/




Pendapat kamu tentang orang sok cakep gimana sih? Apa punya definisi sendiri tentang cerita orang yang sok cakep? Coba share di kolom komentar ya.

Kresnoadi,

Sign out beybeh!

Mengapa Orang Seperti Ahok Tidak Cocok Tinggal Di Indonesia

$
0
0
Terus terang, gue agak kaget saat tahu berita mengenai vonis Ahok yang harus dipenjara sampai dua tahun. Ahok, sebagaimana yang kita tahu, terkenal sebagai orang yang jujur, transparan, dan blak-blakan. Dia dianggap sebagai orang baik di antara berbagai politikus. Ribuan karangan bunga yang dikirim ke Balai Kota menadi bukti bahwa orang-orang menyukainya. Berita ini membuat banyak masyarakat sebal dan menyesali mengapa orang sebaik Ahok harus diperlakukan begitu jahat.

Kenapa, ya, orang baik kayak Ahok sering mendapat perlakuan tidak pantas?

Karena nggak ngerti politik dan hukum, gue coba memahami ini dari sudut pandang ilmu pengetahuan. Gue membuka laptop, membaca jurnal-jurnal sampai nggak bisa tidur. Kebetulan gue baca itu sambil ngopi Torabika.

Sampai di satu titik, gue menemukan sebuah kesimpulan. Gue tahu jawaban atas pertanyaan “Kenapa Ahok tidak cocok tinggal di Indonesia?” Ya, mungkin kamu tidak akan percaya tentang apa yang gue dapatkan. Bisa jadi kamu kaget dan mengumpat, ‘Anjrit, bener juga!’ Karena jawaban atas pertanyaan tersebut adalah: perempuan.

Belum paham?
Biar gue jelaskan.

Alasan kenapa orang-orang baik seperti Ahok tidak cocok tinggal di Indonesia adalah karena cewek-cewek Indonesia suka cowok badboy. Kita bisa lihat, sejak kecil, otak kita sudah dicuci oleh media yang membuat seolah-olah jadi badboy itu keren. Di televisi ada Anak Jalanan yang ngebuat cewek ngerasa keren kalo punya cowok yang doyan trek-trekan naik motor. Di buku, ada Dilan si anak sma geng motor yang bikin cewek tergila-gila. Berikut adalah grafik yang menunjukkan pengaruh cewek dengan banyaknya populasi badboy di Indonesia:


Kurva penawaran badboy

Dari kurva penawaran tersebut terlihat bahwa cowok badbboy sebelumnya berada pada titik A, di mana memiliki jumlah sebanyak Q1 dan harga sebesar P1. Tetapi, karena cewek pada naksir sama badboy, akhirnya harga (nilai) badboy meningkat menjadi P1. Dan sesuai dengan hukum penawaran, jumlah badboy pun meningkat menjadi sebesar Q2. Penawaran akan badboy pun meningkat dari yang sebelumnya berada di titik A menjadi di titik B.

Secara sederhana, banyaknya jumlah badboy yang ada terjadi karena permintaan badboy dari cewek-cewek tinggi. Sebaliknya, permintaan ini mengurangi populasi cowok baik di Indonesia. Ironisnya, yang sebenarnya membuat cewek suka sama badboy bukanlah semata-mata karena dia badboy. Tapi karena dia badboy… dan ganteng.

Bayangkan kalau sosok Dilan yang ada di buku mukanya tidak setampan yang kita kira. Gimana kalo Dilan di buku itu sebenarnya kayak… Pak Haji Bolot sewaktu muda? Pandangan kita akan badboy pasti berubah.

Supaya lebih gampang membayangkannya, gue akan tunjukkan dengan pemeran Dear Nathan yang sama-sama badboy (karena pemeran Dilan belum ketahuan) di filmnya:

badboy tapi ganteng

badboy tapi pak haji bolot

Dialog dalam film pun menjadi tidak keren lagi..

[Dilan dan Milea boncengan di motor kebut-kebutan]

Dilan: Rindu itu berat. Kamu nggak bakal kuat.
Milea: Boleh. Soto babat di mana?

Lah jadi kagak nyambung…

Karena susah ngobrol di atas motor, akhirnya mereka diem-dieman. Milea memeluk Dilan, kepalanya senderan di bahu Dilan. Dilan kepalanya miring-miring ke kiri gara-gara helmnya kepentok helm Milea. Sampe rumah, Dilan kena parkinson. Sedih..

Sejak kecil otak kita sudah ditanamkan bahwa menjadi berandalan itu keren. Akhirnya, saat SD kalo ketemu temen bawannya pengin bilang, ‘Yanto!’ karena Yanto adalah bokapnya temen kita. Biar apa? Biar kesannya keren aja di mata cewek-cewek.

Sewaktu SMP, yang sering nongkrong sama cewek primadona sekolah adalah cowok gaul yang hobi bolos pelajaran. Cowok baik sulit mendapat akses ke dalam pergaulan cewek cakep. Akhirnya cowok baik hanya bisa di rumah. Belajar setiap hari. Begitu ujian, cowok baik harus bantuin cowok berandalan supaya besoknya nggak dikucilkan dan dikirimin meme “KATANYA TEMEN, PAS UJIAN PURA-PURA BUDEG” lewat grup LINE kelas.



Sejak kecil, menjadi cowok baik sudah menjadi kendala tersendiri bagi kita.

Begitu masuk SMA, kita bisa lihat kasus bully. Dan kebanyakan korban bully adalah orang-orang baik. Sangat kecil kemungkinannya orang jahat di-bully di Indonesia. Gue belum pernah liat preman Tanah Abang dibully. Pisonya dioper-oper lalu disorakin, ‘Hahaha piso murahan!’ terus pisonya dipatahin pake kaki. Pahanya berdarah. Premannya jongkok, nangis, lalu dikencingin beramai-ramai.

Begitu salah menjadi orang baik di Indonesia. Sudah sulit diterima pergaulan, kami masih harus dipersulit dengan aturan-aturan tidak tertulis dalam dunia asmara. Kalau kami baik sama satu orang, cewek langsung menganggap PHP kalo nggak jadian. Sekalinya baik ke banyak orang, dianggap brengsek dan playboy. Emangnya apa salah kami? Kami kan cuma orang baik biasa yang cumlaude (lah sombong?).

Bukti-bukti di atas jelas menggambarkan bahwa cewek menjadi alasan mengapa orang baik seperti Ahok tidak cocok dan sulit diterima di Indonesia. Dengan kejadian yang ada saat ini, gue hanya bisa berharap semakin banyak cowok yang semangat dan lahir menjadi Ahok-Ahok baru dan tetap setia menjadi cowok baik. Dan di saat mereka mulai muncul, tolonglah… yang cewek pada naksir gitu.

BIANGLARA (part: 1)

$
0
0


SATU.

Apa yang akan terjadi jika perasaan seseorang tertulis di atas kepalanya, dan, semua orang bisa baca?

Di pinggir jalan, kita akan menemukan tulisan-tulisan di atas kepala orang yang berisi kemacetan. Di kantin sekolah, di atas kepala seorang cowok, kita akan membaca keinginannya untuk menyatakan cinta. Tentang gombalan-gombalan yang belum sempat diucapkan. Di depan ruang bimbingan kampus, di atas kepala orang yang baru saja duduk itu, ada alasan soal telatnya memberikan revisi skripsi. Di atas kepala suami ada keluhan soal istrinya yang terus memaksanya membawa bekal. Bekal rasa cinta… yang keasinan dikit.

Di atas kepala Eno, di depan laptopnya, tertulis dengan huruf kecil dan biru: Sekarang gue harus ngapain?

Di depan pandangannya, terdapat beranda Twitter. Sudah 2 jam dia duduk tanpa mengetik apa-apa. Terkadang jarinya mulai menyentuh keyboard, lalu, seperti ada keraguan, dia menghapusnya kembali. Sulitnya menjadi orang galau di Indonesia adalah, kita harus bisa galau dengan keren.

Entah kenapa, untuk menjadi galau, kita harus jago bahasa inggris. Kita update status galau dalam bahasa inggris, semata-mata biar nggak kelihatan ngenes-ngenes amat. Kita screen capture lagu-lagu galau dan di-uploadke Instagram. Bayangkan kalau kita update status galau dalam bahasa Indonesia. Sedih, lalu nulis di Twitter, ”Tangisanku malam ini tidak akan cukup untuk mengalirkan kenangan kita.” Kesannya akan sangat sangat… bencong. Bukannya dihibur, yang ada malah dihujat beramai-ramai.

Walaupun lebih sedih lagi kalo update status galau pake bahasa lain. Kayak misalnya ini:

Tears gabing ito ay hindi magiging sapat naupang alisan ng tubig an gating mga alaala.

Itu pake bahasa Filipina. Di-copy langsung dari google translate.

Akhirnya Eno menutup laptop. Mematikan lampu, berusaha untuk tidur aja. Putus cinta memang menyakitkan, dan, bagi penulis freelance baru seperti dia, momen ini bisa menghancurkan pekerjaannya. Sambil menunggu wisuda, dia memutuskan untuk mengambil projek pertamanya. Salah satu merek minuman memintanya untuk membuat tulisan kampanye produk. Tapi yang ada di kepalanya sekarang justru kata-kata alay depresif. Mau nulis apa? Minuman ini dapat menghilangkan dahaga rindu yang lama menganga?  Norak abis.

Orang-orang yang putus cinta memang cenderung menyalurkan perasaannya ke hal-hal lain. Ada yang bikin jadi lagu lalu dinyanyiin sendirian di kegelapan. Ada yang bikin puisi. Ada yang nyorat-nyoret tembok mantannya pake pilok. Semua punya pilihannya masing-masing.

Eno mengambil handphone dari atas meja. Sambil tiduran dia membuka gallery. Jarinya menggeser-geser layar ponsel. Matanya menerawang kosong.

Tiba-tiba muncul satu notifikasi. DM Twitter.

Dia meletakkan kembali ponselnya ke atas meja, masih ada sisa trauma saat dia terakhir kali membaca DM Twitter dari mantannya satu minggu lalu. DM yang dia ingat sangat jelas sampai sekarang:

“APUS SEMUA FOTO INSTAGRAM YANG BARENG AKU! PIPINYA KELIATAN GENDATS!”

DM itu sampai sekarang belum dibalas.

Eno bangkit, melepas celana, mengambil jeans hitam dari gantungan di pintu. Dia berjalan keluar, perlahan-lahan. Menyusuri jalanan kompleks yang remang-remang. Sampai beberapa saat kemudian, dia sampai di taman. Di sana ada empat cowok yang bermain skateboard. Eno tidak punya pikiran apa-apa. Dia hanya merasa ingin pergi. Ingin berjalan. Tanpa punya tujuan yang jelas. Mungkin dia berharap sebentar lagi turun ikan dari langit, atau ketemu kucing yang bisa ngomong seperti dalam buku Haruki Murakami. Tapi tentu saja, itu tidak akan terjadi.

Di saat seperti ini, Eno hanya merasa bahwa dia tidak ingin sendirian.

Dia duduk di pinggir lapangan bersama suara gesekan besi dan roda skateboard. Orang-orang ini, paling tidak, membuat dirinya merasa tidak sendirian. Lalu dia diam. Sepuluh menit. Dua puluh menit. Tiga windu.

Sampai beberapa saat kemudian,
Eno sakit perut.

Nggak keren abis memang lagi galau gini tapi malah sakit perut. Tiga hari ini Eno selalu makan cokelat. Banyak yang bilang kalau cokelat akan menghilangkan kegalauan. Yang banyak orang tidak tahu adalah, perasaan galau akan diganti oleh perasaan panik nyari kamar mandi terdekat. Dan obat mencret. Dan gak boleh ketahuan siapa-siapa. Dan berak sambil sedih adalah perasaan paling absurd di dunia.

Tapi tidak bagi Eno. Dia tetap menghayati kegalauannya di tengah sakit perut. Dia menarik napas, berdiri pelan-pelan. Berjalan santai menuju rumahnya. Dan setelah langkah kelima, dia ngibrit loncatin portal kompleks karena udah gak tahan lagi.

---
DUA.

Windy tidak pernah sadar bahwa menjadi cantik akan menguntungkannya. Tidak bisa dipungkiri, wajah seseorang akan memudahkan kita untuk bertahan hidup. Tekan tombol power televisi dan kita bisa liat berbagai orang cantik di mana-mana. Di FTV, orang cantik bisa hadir dalam bentuk apa saja. Bisa jadi mahasiswa. Bisa jadi musisi. Bahkan orang cantik jadi supir bajaj. Bukan tidak mungkin akan ada orang cantik berperan sebagai Alien di Alien Vs Predator. Alien rambutnya diombre. Sebelum makan manusia pake Kyle Lip Gloss dulu.

Ribet abis.

Tapi bagaimana pun juga, ini emang bener. Terlahir menjadi orang cantik akan sangat menguntungkan. Orang cantik kalo diem bakalan tetap asoy karena dia cantik. Kalau orang cantik melakukan hal yang dilakukan manusia pada umumnya, semesta langsung heboh. Lalu jadi berita di On The Spot dengan judul “Ini Tujuh Fakta Yang Belum Kamu Ketahui Dari Pilot Cantik!” Dan besoknya diwawancara di Hitam Putih. Padahal gak ada hubungannya antara bisa nyetir pesawat sama cantik. Cantik tapi kalo pesawatnya nabrak Gunung Slamet juga mukanya jadi kayak fosil Firaun.

Oke, kembali ke Windy.

Sebenarnya Windy juga tidak begitu suka dengan hal-hal seperti ini. Dia, di umurnya yang baru 20-an, suka dandan karena memang kesenangan diri. Entah bagaimana caranya, tapi dia mampu membedakan warna lipstick dalam radius 5 meter. Sayangnya, kekuatan ini tidak bisa digunakan untuk membedakan mana cowok ganteng dan cowok yang mukanya kayak gerobak pasir. Matanya minus 5.

‘Tas lagi nih, di tembok sana ya,’ Yohanes menunjuk sebuah tembok berwarna biru, lalu mengarahkan Windy untuk bergaya.

Windy membenarkan posisi kacamatanya. ‘Bentar, woy, bentaaar.’ Dia jinjit-jinjit sedikit.

‘Kenapa lo, Win?’

‘Gatau nih. Kesempitan celananya.’ Dia lalu tertawa kecil. Rambutnya yang dikuncir terkibas-kibas sedikit.

‘Si anjrit!’

Windy emang tipikal cewek menggemaskan yang kalo cowok ngeliat bawaannya langsung pengin nyulik aja.

Setelah beberapa sesi pemotretan, Windy menghampiri Yohanes. ‘Liat dong, Nees!’ Dia merebut kamera yang ada di meja piknik. ‘Yang ini bagi, ini, ini, ini, ini juga.’ Dia menatap Yohanes sebentar, lalu bilang, ‘Lo kirim ke gue semuanya aja deh, Nes! Hahaha.’

‘Iye bawel.’

Sebagai seorang Selebgram, Windy memang sering mendapat barang-barang kayak gini ke rumahnya. Mulai dari tas, kaos, celana. Sampai yang paling random… topi proyek. Dia sendiri heran. Waktu itu dia belum masang tarif untuk endorsement, jadi banyak banget barang yang dateng. Karena ngerasa nggak enak, akhirnya dia foto di perumahan baru di daerah Tangerang Selatan. Lengkap dengan ember semen sama kacamata gede.

Terus terang, Windy seneng juga karena dia merasa banyak orang yang merhatiin. Tapi di sisi lain, kadang nyebelin juga karena dia merasa terlalu “keliatan” gitu. Orang jadi terlalu gampang berkomentar tentang dia. Tahu kan, tipikal cowok-cowok yang suka ngegodain di kolom komentar? Belum lagi yang suka nanya “Komen pertama dapet apa, Kak?”

Nah yang gitu-gitu itu malesin banget buat dia. Ya emang komen pertama maunya dapet apa? Gak dapet apa-apa lah. Kalau mau dapetin sesuatu ya harus usaha dan kerja keras. Gabriel Garcia Marquez dapat penghargaan Nobel Sastra di tahun 1982 karena dia membuat tulisan-tulisan keren sejak 1950-an. Gabriel Garcia Marquez pas nerima Nobel nggak bilang, ‘Terima kasih teman-teman semua. Akhirnya saya mendapat Nobel… gara-gara komen pertamax.’

Sambil menunggu Yohanes dan timnya siap-siap pulang, Windy iseng buka Instagram. Followers-nya sekarang 402 ribu. Message di DM-nya udah 2810. Dulu Windy emang suka bales-balesin DM yang masuk, tapi semenjak ada orang yang pernah nanya-nanya hal porno ke dia, dia jadi serem dan takut sendiri. Sampai sekarang, akhirnya gak berani buka fitur itu lagi.

‘Yuk cabut!’ Yohanes nyamperin Windy.
‘Siap, Pabos!’

Jalanan menuju rumah macet banget gara-gara ada demo. Karena mulai bete, Windy akhirnya nyobain live Instagram di dalam mobil. Dia duduk di depan kiri. Yohanes di sebelahnya, nyetir sambil nyanyi lagu Raisa. Di belakang ada Ebem sama pacarnya, lagi pelukan. Entah kenapa informasi ini harus dikasih tahu.

‘Haloooo!’ sapa Windy, girang banget. Karena baru dua menit yang nonton udah 108 orang. Mungkin kalo yang nonton seribu, Windy bakal screamkayak anak metal saking girangnya.

‘Kamu lagi apa?’ tanya Windy ke handphone, dan dia jawab sendiri, ‘Aku baru abis foto nih. Nanti begitu sampe rumah aku upload ya. Foto yang akunya merem!’ Dia lalu ketawa sendiri.

Kalo live Instagram, apa-apa emang sendiri. Kasian sebenernya.

Windy menekan tombol switch camera sehingga layar kini menampilkan kondisi jalan di depan. ‘Parah kan? Paraaah!’ Dia mengembalikan kamera ke wajahnya. ‘Aku kayaknya uploadfotonya dua tahun lagi deh baru sampe rumah!’

Beragam komentar langsung bermunculan. Ada yang bilang kalau dia juga terjebak, sama seperti Windy. Ada yang minta disapa. Ada yang sibuk menekan tombol love. Ada yang salah fokus dengan nanya, ‘ITU NGAPAIN DI BELAKANG PELUKAN? BAKAAAR!!’

---
TIGA.

Kita semua pasti punya teman yang di setiap omongannya selalu mengambil quote-quote orang lain. Tipikal orang yang kalau bicara harus ada sumbernya. Contohnya, sewaktu ada orang gengsian gamau nge-chat gebetan duluan akan bilang, ‘Gue sih sebenernya mau-mau aja nelepon dia duluan. Tapi kalo kata Newton kan aksi sama dengan reaksi. Gue tunggu dia beraksi dulu laah.’ Ini dia ngomong aja harus pake sumber, udah kayak skripsian.

Dan di sini, kita punya Jaka, yang, bisa ditebak, lagi duduk sendirian baca buku di kamar.

Di rumah kontrakannya, Jaka tinggal bareng Rafi dan Lukman. Mereka sama-sama kuliah di jurusan Statistika. Hal yang membedakan Jaka dengan dua temannya ini hanya satu: Jaka udah lulus.

Jaka lulus hanya dalam waktu tiga setengah tahun. Waktu yang sama yang digunakan Jaka untuk menjomblo selama di kampus. Jaka emang tidak begitu suka hal-hal yang berhubungan dengan percintaan. Bukan karena dia gak laku. Tampangnya sebenarnya nggak buruk-buruk amat. Bahkan ada beberapa junior di kampus yang naksir dia dan bilang kalau Jaka mirip sama artis Hollywood: Kura-Kura Ninja (tolong jangan dibayangkan berlebihan, nanti juga kamu tahu Jaka seperti apa).

Tapi dia selalu menolak karena menurutnya percintaan itu terlalu rumit.
Percintaan, mengambil kata-kata Jaka, susah dibuktikan teorinya.

‘Lo beneran kan masih mau di sini?’ Rafi berdiri di depan pintu kamar.

Jaka meletakkan buku Filosofi Kopi di sebelahnya, lalu menghampiri dan menepuk pundak Rafi. ‘Hidup tuh yang seru prosesnya! Jalanin aja lagi!’

‘Najis lo.’

Lukman yang lagi nuang air dari dispenser ikut nyamber, ‘Jadi lo mau langsung nyari kerja, Jak?’

‘Kayaknya enggak deh.’ Jaka duduk di meja makan, sok gaul. ‘Gue juga gatau nih. Pengin nyari petualangan aja.’

‘Petualangan apaan anjir? Mending bantuin kita kerjain skripsi!’ sambar Rafi.

‘Gue sih pengin yang kayak di 5cm gitu, punya kaki yang berjalan lebih jauh dari biasanya, mata yang menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas…’

‘Salah bantal kali luh!’ Lukman asal jawab.

‘SALAH BANTAL?! HAHAHA TAE LO MAN!!’ Rafi ketawa puas bener.

Jaka emang sama sekali belum tahu mau ngapain semasa menunggu wisuda. Dia bahkan belum percaya kalau bisa lulus secepat ini. Rafi dan Lukman seringkali menyuruh Jaka pulang ke Jakarta, tapi dia masih betah di Bandung. Pembicaraan tentang pekerjaan juga tidak jarang terjadi. Tapi Jaka selalu bilang kalau dia lebih baik melanjutkan S2 atau jadi dosen sekalian. Karena surat kelulusan belum jadi, alhasil sekarang kerjanya main doang di kontrakan.

Banyak yang bilang kalau pengangguran itu nggak enak. Nggak tahu mau ngapain, bisa stres karena tidak punya tujuan hidup. Jadi pengangguran itu miskin sampai-sampai sebelum pacaran harus pergi ke minimarket untuk semprotin parfum, pura-pura ngetes aromanya mau beli, padahal mah emang biar wangi aja. Jadi pengangguran itu sedih karena begitu selesai nge-datedan bill-nya datang, harus langsung pura-pura sibuk main hape. Berharap dengan begitu si pacar udah ngebayarin duluan.

Hal-hal kayak gini tidak akan kita temukan pada Jaka. Dia punya cukup banyak tabungan dari kiriman orangtuanya setiap bulan. Beginilah asiknya jadi mahasiswa berprestasi yang dapat beasiswa. Dan jomblo.

Rumah kontrakan sedang kosong ketika dia baru aja selesai mandi sore itu. Ketika mau melanjutkan baca Show Your Work di halaman 84, Jaka mendengar suara mobil di depan rumah. Lewat jendela kamar dia melihat Innova hitam berhenti tepat di depan rumah. Lah? Temen siapa nih? Selama ini perasaan gak pernah ada temen yang ke sini naik mobil. Jaka merasa waswas. Rafi dari Jogja dan Lukman orang Bengkulu, aneh banget kalo keluarganya tiba-tiba ke sini, pikir Jaka.

Pintu mobil terbuka.

Seorang laki-laki dengan kacamata hitam turun. Perawakannya seperti anak kuliahan pada umumnya. Bedanya, si orang ini berpakaian rapih. Dengan setelan jas abu-abu dan celana bahan. Lengkap dengan sepatu pantofel, kayak cowok abis kondangan. Jaka tidak mengenal orang ini.

Orang ini mengambil sesuatu dari sakunya, meletakkannya di sela-sela pagar.

Lalu dia pergi.
Lalu Jaka sujud sukur.

--
EMPAT.

‘Yok! Dua putaran lagi!’ seru Amanda semangat. Dia menyeka keringat di wajahnya. Bajunya udah lepek banget. Ini sudah putaran ke 10 Amanda lari berkeliling… gawang futsal. Aneh banget emang Amanda. Orangnya gak bisa ditebak gitu.

Amanda ini, meskipun cewek, tapi kekuatannya gak kalah sama cowok. Oke, harus ditekankan, dia lebih strong dari kebanyakan cowok. Amanda suka olahraga ekstrem kayak bungee jumping, lempar lembing, makan beling. Entah udah berapa cowok yang gak jadi deketin dia gara-gara ngerasa minder… dan takut keselamatannya terancam.

Oke, sedikit flash back tentang kisah cinta Amanda dan mantannya:

Mantan pertama, kelas 2 SMP. Kabur di hari ulang tahun Amanda. Waktu itu Yogi, mantannya, niat ngasih surprise ke rumahnya sepulang sekolah. Dia udah nyiapin kue, beli balon warna-warni, dateng diem-diem bareng dua sahabat Amanda. Amanda saat itu lagi demen-demennya sama parkour. Dia lagi nyobain salto-salto di rumah (Terserah Amanda aja maunya gimana). Lalu kebetulan begitu Yogi masuk ke dalam rumah, Amanda lagi nyobain butterfly kick. Kebetulan tumit Amanda nyium hidung Yogi. Pulang-pulang Yogi jadi Voldemort.

Mantan kedua, kelas 1 SMA. Amanda mulai sering latihan parkourdiem-diem di sekolah. Mantannya diputusin setelah bilang, ‘Sayang, kemaren aku liat ada gorilla lompat-lompat di genteng UKS! Keren abis!’

Mantan ketiga, kelas 3 SMA. Duh, yang ini jangan diceritain deh. Kita doain aja sama-sama semoga dia masih sehat wal afiat setelah kejadian itu. Mantan terakhir ini yang bikin Amanda malas pacaran selama kuliah dan fokus untuk belajar bela diri.

Buat yang belum kenal-kenal banget, mungkin tidak akan sadar kalau Amanda ini orangnya sebrutal itu. Tampilannya sama kayak cewek pada umumnya. Yang bikin dia berbeda cuma rambut pendeknya yang dicat jadi warna biru muda.

‘Yuk, balik. Capek gue,’ ajak Vio, teman lari Amanda.

Amanda membuat kuda-kuda di depan gawang. ‘Bentar, bentar…’ Dia konsentrasi, mundur beberapa langkah, lalu ‘EAAAAARRGGHH!!’ Dia menendang tiang bagian kiri. Gawangnya bergeser. Tulang kaki Amanda juga geser dikit. Amanda menggelepar di lantai beton.

‘MAN?! LO NGAPAIN ANJIIR CACAT BENER! HAHAHAHAHAH!’ Bukannya nolongin, Vio malah motret Amanda yang megangin kaki di lantai.

‘SAKIT BANGKEEE?! BANTUIN WOOOY!!’

‘HAHAHA BENTAR GUE VIDEOIN DULU!’

Vio akhirnya harus nganterin Amanda dulu. Dan begitulah. Sekarang Amanda berbaring di sofa, dengan Vio yang nempelin es batu ke kaki kanannya. ‘Lo ngapain sih lagian? Udah gila lo ya? Banyak gaya siih.’

Vio anaknya perhatian, beda sama Amanda.

‘Udah, udah, bentar lagi juga sembuh. Ga usah lebay!’
‘Lo pikir lo Naruto?’
‘Gue bukan Naruto, tapi pas kuliah gue bisa ada di kantin, tapi absen gue di kelas. Week!’
‘ITU MAH TITIP ABSEN YA!’

Di sela-sela pembicaraan, Bu Ami, Nyokapnya Amanda masuk. Mukanya biasa aja, kayak yang udah sering gitu ngeliat tingkah laku anaknya kayak gini. ‘Ada titipan nih.’ Bu Ami meletakkan sebuah lempengan besi di meja. ‘Tadi katanya buat kamu. Dia bilangnya kamu udah pasti tahu dari siapa. Jadi ibu nggak nanya-nanya lagi.’

‘Ciyeeee… setelah sekian lama Mandaaa,’ ledek Vio. ‘Yang ini jangan dipatahin lagi ya idungnya.’

Amanda mengambil benda itu. Melihat-lihat bentuknya. ‘Sumpah gue gatau ini apaan, O.’

---
LIMA.

Pemilik rumah sudah berada di tempat yang aman. Sekarang tinggal Dwi Abdul Jalak Ahmad Luthfi, atau orang-orang biasa memanggilnya dengan sebutan Kiting (karena rambutnya keriting, bukan bulu dada), bersiap untuk masuk. Aroma kemenyan mulai terasa. Hawa dingin menjalar di kaki Kiting. Kebetulan dia lagi nyeker.

Kiting mengambil sebuah botol sirup, lalu meletakannya di atas keset depan pintu. Diketuknya pintu itu tiga kali.

‘Assalamualaikum,’ kata Kiting, khidmat. Supaya aksinya menangkap setan kali ini berjalan lancar.
‘Waalaikumsalam warahmatullah wabarakatuh..’ Jawab seluruh warga, kompak.
Kiting nengok ke belakang. ‘KAGAK USAH DIJAWAB!’
‘Oke, Ting. Maap. Maap.’ Suasana jadi gaduh.

Setelah beberapa saat anak buah Kiting menenangkan warga, Kiting menutup matanya. Ia lalu memberi tanda dengan tangan supaya dua anak buahnya mundur.

‘Bang Kiting…’ Soleh, Anak Buah 1, mencolek pundak kanan.
‘Ape lagi?’
‘Botolnya masih ada isinya, Bang.’
‘Oiya lupa.’

Kiting akhirnya mengambil botol bekas jamu dari bagasi belakang mobilnya, entah kenapa tadi malah naroh botol sirup buat lebaran punya pak RT. Kiting meminta maaf sejenak kepada pak RT, lalu memulai ritualnya.

‘HEYAAAAHH!!’ Kiting tiba-tiba meloncat dan bergerak tidak karuan di garasi. Gerakannya tidak terkontrol. Kadang ke kanan, kadang tiba-tiba ke kiri. Kiting seperti dirasuki arwah ibu-ibu naik motor matic.

Sepuluh detik kemudian, suasana mendadak hening. Kiting mengambil botol dan memberi aba-aba kepada anak buahnya untuk masuk ke dalam rumah. Kiting dan dua anak buahnya kemudian membuat formasi segitiga. Mereka berniat menyapu energi negatif yang ada dari arah luar dan mengumpulkannya ke ruang tamu.

‘Soleh! Kamu ke gudang belakang!’
‘Oke, Bang.’
‘Ridho! Kamu ke kamar mandi utama!’
‘Siap, Bang Kiting!’
‘Kiting? Ke dapur!’ seru Kiting, dan dia jawab sendiri, ‘Oke, Bang. Kita makan dulu, Bang.’

Diam-diam kampret juga Kiting ini.

‘Di belakang ada pocong, Bang! AstaghfIrullah… Soleh takut!’ seru Soleh dari arah belakang.

‘Jangan takut Soleh!’ kata Kiting, sambil makan lemper di dapur. Santai sekali hidupnya. ‘Baca bismillah! Gulingin pocongnya, terus tendang kayak abang-abang tukang galon!’

Beberapa saat kemudian, terlihat pocong yang terguling dan mentok di pintu gudang belakang. Kepalanya nyangkut dan gak muat keluar. ‘Hrrrggmmmm..’ geram pocong. Pigura di dinding seketika jatuh dan pecah. Warga di luar yang mendengar langsung menjerit. Kiting menghabiskan sisa lemper, membuang kulitnya ke tong sampah, lalu dengan sigap menngeluarkan jurus sakti. Dia berdoa, mengangkat botol jamu, dan secepat kilat mengarahkannya ke si pocong.

‘HEYAAAAHH?!!’ yang artinya: MATI KAU POCONG!
‘Hrrmmmggghhh…’ yang artinya: GUE KAN EMANG UDAH MATI!

Suara sendok yang saling berbenturan di dapur terdengar kencang. Gelas-gelas berjatuhan. Kursi di ujung bergoyang-goyang. Kiting menguatkan tenaganya. Suara eraman ‘Hrrmmmgghhhrr…’ terdengar semakin lama semakin kecil. Mungkin maksudnya: ‘Kenapa pake botol jamu? Kan pahit kampreeet!! Aarrgghhh…’

Sampai tiba-tiba semua berhenti begitu saja.

‘Ketangkep lo, Cong!’ kata Kiting sambil memasang tutup botol, bangga.

Botol itu pun terasa lebih berat dari sebelumnya.

Mereka bertiga pun mengakhiri hari itu dengan berdoa di tengah-tengah ruangan. Kiting menceritakan kronologisnya kepada pak RT. Dan, sebagai balas budi, pak RT memberikannya dua botol sirup lagi. Biar lain kali setannya jadi manis kalo ketangkep, canda pak RT. Garing sekali dia.

‘Ada satu lagi yang bapak lupa, Ting.’ Pak RT mencegah Kiting and the gank untuk pergi. Kiting menengok dengan gerakan slow motion.

Diam-diam pak RT memasukkan sesuatu ke dalam kantung celana Kiting.

‘Periksanya di rumah aja ya,’ bisik pak RT.

Sok mesra abis anjir.

---
ENAM.

Setelah bersalaman dengan kedua anaknya, Hermanto keluar dari rumah kardusnya.

‘Semoga hari ini bapak dapet banyak rejeki ya,’ katanya kepada anaknya. Dia lalu jalan ke seberang jalan raya, duduk, lalu mengeluarkan mangkuk.

Seseorang memasukkan lempengan besi ke dalamnya.

‘Makasih, Mas.’ Hermanto mengangguk, mengambil lempengan besi itu dan memasukkan ke dalam tas. Supaya mangkuknya kembali kosong dan kesannya belum ada yang ngasih.

Setelah bengong-bengong beberapa saat, Hermanto baru sadar kalau yang barusan ia masukkan bukanlah uang koin. Bentuknya seperti kartu nama, tetapi terbuat dari besi tipis. Di salah satu sisinya ada lambang menyerupai mata.

‘Jangan-jangan…’ pikir Hermanto. ‘EMAS! INI PASTI EMAS! MAKASIH YA ALLAH?!’

Hermanto lalu membereskan barang-barangnya. ‘KRU TIPI MANA KRU TIPI! UDAH KELUAR AJA GAUSAH SEMBUNYI! MAKASIH YA ALLAH!’

Semua orang ngeliatin dengan pandangan hina. 

(BERSAMBUNG KE PART 2...)

Bagaimana Gue Mengatasi Rasa Takut Paling Dalam

$
0
0


Perasaan takut adalah salah satu musuh terbesar gue. Sewaktu SMA, gue pernah naksir diam-diam sama cewek yang hobi main basket. Gue masih ingat betapa takutnya gue untuk mengajak dia ngobrol. Berbagai pikiran buruk muncul begitu saja.

Sampai di satu titik, entah kenapa gue berpikir kalo gue belajar basket, gue akan merasa lebih percaya diri. Akhirnya gue sedikit demi sedikit nabung untuk beli bola basket. Satu hal yang baru gue tahu belakangan adalah, anak basket di kompleks gue main dengan peralatan lengkap: celana basket, sepatu basket. Bahkan ada beberapa di antara mereka yang menggunakan handband.

Mengetahui kenyataan ini, perasaan takut itu muncul kembali. Niat gue yang semula pengin main bareng mereka gue batalkan. Gue memilih untuk main sendiri setelah orang-orang ini selesai. Biasanya pukul 5 sore sampai magrib. Menggunakan kaos main dan celana pendek yang biasa dipakai untuk tidur. Karena nggak punya sepatu olahraga, gue memutuskan untuk pakai sendal jepit. Atau lebih sering nyeker tanpa alas kaki.

Sambil latihan nge-shoot, gue suka ngebayangin kata-kata apa yang akan gue pakai untuk ngobrol. Di sela-sela dribble, gue suka meyakinkan diri kalau besok, gue harus ngajak dia ke kantin. Kalau gue harus berani. Terkadang, di waktu hujan, gue suka berdiri di tengah lapangan, memegang bola basket, membayangkan kalau gue jadi orang lain dan melihat diri gue sendiri seperti dalam komik-komik basket. Agak menjijikkan memang.



Gara-gara keseringan nyeker di lantai beton, tumit kaki kiri gue lama-lama mengeras. Lalu, seiring berjalannya waktu, gue merasa kayak ada sesuatu yang tumbuh di dalam dagingnya dan menonjol keluar. Karena nggak ilang juga, akhirnya gue lapor Bokap.

‘Ini namanya mata ikan. Besok kita ke rumah sakit aja.’

‘Mata ikan?’ gue heran. Mata kok adanya di kaki.

Begitu ke rumah sakit, gue dijelasin sama dokternya. Penyakit gue ini timbul gara-gara gue jorok. Sering jalan kaki nyeker. Dan kalau nggak langsung ditanganin bakal infeksi.

Waktu itu, dibayangin gue, infeksi berarti kaki gue diamputasi.

‘Gimana? Kalau mau diproses langsung operasi sekarang aja?’ tanya dokternya ke Bokap.

‘OPERASI?’ Ini gue yang ngomong, dalam hati.

Bayangin aja, bagi gue di masa itu, infeksi berarti diamputasi. INI GIMANA OPERASI? Di kepala gue terputar adegan di mana gue tiduran di salah satu ruang bedah. Beberapa dokter menggunakan pakaian serba hijau. Lalu gambaran dokter lengkap dengan kacamata dan masker dan sarung tangan putih lagi megang gunting yang semakin lama semakin membesar.

Gue megangin tangan Bokap kenceng banget. Gak bisa ngomong apa-apa.

Bokap balik ngeliatin gue dan nanya, ‘Gimana kamu? Mau?’

Gue semakin meremas tangan bokap dengan kencang. Tangan gue basah. Mata gue mulai perih dan gue cuman diem nunduk. (iya, ini udah SMA dan iya, gue emang lemah).

Untungnya Bokap bisa ngebaca gelagat gue. Akhirnya dia minta waktu sampai minggu depan.

Semakin mendekati hari H, entah kenapa bayangan akan operasi ini semakin menyeramkan. Gue nanya-nanya ke temen deket tentang operasi, tanpa ngasih tahu kalo gue bakal operasi. Gue nyari berita tentang operasi, yang mana malah bikin gue tambah stres karena nemuin berita tentang orang yang gagal operasi dan meninggal. Iya, padahal gue operasi mata ikan di tumit. Gak mungkin ada orang yang tumitnya dibelek terus jantungnya berhenti. Kecuali pas mau ngebedah dokternya kepleset kulit pisang terus piso bedahnya nyolok dada gue.

Begitu hari H, gue baru tahu kalau sebelum dioperasi, kita akan dibius (dan baru tahu kalo di ruang bedah nggak ada kulit pisang geletak gitu aja). Bius ini bikin kita nggak berasa apa-apa. Gue yang udah megang kenceng besi ranjang kaget karena tiba-tiba dokternya bilang udah selesai. Ternyata sebentar banget dan bener-bener gak berasa sakit sama sekali.

‘Kok cepet, Dok?’
‘Iya nih. Lama nggak minum jamu. Hehehe.’

Dialog barusan hanya karangan belaka.

--


Gue baru menyadari ketakutan gue ini menurun dari Nyokap saat gue awal kuliah. Hampir mirip sama gue, Nyokap juga pernah punya benjolan. Bedanya, dia ada di payudara. Dan dia, jelas bukan mata ikan. Melainkan kanker. Rumah sakit pun udah nyuruh untuk segera operasi. Tapi Nyokap menolak.

Ketika ditanya, Nyokap seringkali cuman ketawa dan mengalihkan pembicaraan. Tapi gue tahu, jawabannya cuman semata-mata untuk ngebuat gue tenang. Gue tahu, dari sorot matanya, dia membayangkan hal-hal yang menyeramkan ketika operasi. Ekspresinya justru menjawab lebih banyak daripada omongannya. Lalu yang gue bisa lakukan adalah memegang tangannya, mengayunkannya ke sana kemari. Pura-pura membuatnya berjoget dan bercanda.

Padahal, diam-diam gue sakit juga.

Diam-diam gue membayangkan juga. Bertanya-tanya udah sejauh apa penyakit Nyokap. Kenapa dia tidak mau cerita selama ini. Apakah yang dia katakan soal kanker itu hanya benjolan biasa, atau kanker ganas yang selama ini ada banyak di berita bisa mematikan itu.

Diam-diam gue membayangkan hidup gue tanpa Nyokap. Gue tahu ini perasaan aneh dan jahat, tapi dia muncul begitu aja. Awalnya samar-samar, lalu lama-kelamaan menjadi jelas dan menyedihkan. Bagaimana tidak ada lagi orang yang masak sambil nyanyi-nyanyi. Tidak ada lagi ketukan pintu keras-keras, memaksa gue untuk makan saat masakannya selesai. Tidak ada lagi orang yang minta temenin beli telur, tapi sesampainya di supermarket malah beli telur, sayur, kecap, minyak, susu, kos-kosan. Tidak ada lagi orang yang duduk di ruang makan ketika minggu pagi, mendengarkan ceramah ustadz berbahasa jawa. Tidak ada lagi orang menyebalkan yang suka nanya masalah pribadi gue.

Dan jauh lebih menyebalkan,
saat pikiran ini datang.

Karena nggak mau operasi, akhirnya Nyokap mencari cara alternatif. Di salah satu jurnal ilmiah tertulis kalau salah satu obat kanker itu sarang semut. Sejenis tanaman yang hidup di daerah Papua. Warnanya yang cokelat dan berlubang-lubang ngebuat dia tampak kayak sarang semut.

Karena penulis jurnalnya salah satu temen Nyokap, dia ngehubungin langsung dan nanya-nanya. Pertama kali nyoba ngerebus (ketika itu kami beli yang udah bubuk, bukan yang masih mentah banget), aromanya dahsyat banget. Kayak ramuan tradisional Cina gitu. Rasanya pun pahit parah. Ritual merebus sarang semut di panci tanah liat mulai mengisi hari-hari gue.

Ajaibnya, lama kelamaan Nyokap benaran membaik. Setelah setahun nyobain sarang semut, ditambah ikut pengobatan alternatif, kondisi Nyokap berangsur normal. Ketakutan dan pikiran buruk gue pun ikut menghilang seiring dengan hilangnya benjolan di payudara Nyokap. 

--


Di saat mengetik ini, jam di dinding belakang menunjukkan pukul tiga pagi dan di meja gue ada Herbadrink sari temulawak. Gue mengangkat gelas, menyesapnya sedikit. Berharap khasiatnya yang dapat menjaga kesehatan hati bisa meresap ke hati gue.

Ketakutan gue kali ini berbeda.

Mungkin sewaktu kecil kita takut jatuh, atau takut disuntik, atau takut tabrakan saat belajar menyupir. Seiring bertambahnya usia, ketakutan kita tidak lagi sebatas hal-hal fisik. Ketakutan kita akan datang dari banyaknya pilihan yang ada. Takut salah menentukan jurusan kuliah. Takut apabila memutuskan untuk mengundur waktu satu tahun, tahun depan kita tetap tidak diterima di kampus yang diinginkan. Bagi orang yang hubungannya tidak sehat lagi, ketakutan untuk keluar dari hubungan bisa menjadi masalah tersendiri. Semakin kita dewasa, kita justru semakin takut bermimpi.

Dan yang paling gue takutkan saat ini adalah,
tidak bisa jujur dengan diri sendiri.

Gue adalah orang yang sangat takut untuk berbicara. Gue membutuhkan energi yang besar untuk mengungkapkan apa yang ada di hati. Kesulitan gue dalam berkomunikasi semata-mata karena gue takut salah ngomong. Gue takut kalau ternyata, orang itu tidak suka dengan apa yang gue katakan. Kalau gue mengucapkan hal tentang Jepang, misalnya. Gue selalu membayangkan apa yang ada di kepala dia tentang gue. Apakah dia akan menyangka gue kekanakan karena suka anime? Ataukah dia justru senang karena sebenarnya dia juga suka hal berbau Jepang?

Itulah kenapa, gue selalu sulit jujur dengan diri sendiri. Gue selalu berusaha membicarakan hal yang menyenangkan bagi orang lain.

Dan seringkali, hal ini menyiksa gue.

Ini menyiksa karena semakin lama, gue jadi menumpuk cerita-cerita yang gue punya. Dan ketika tumpukannya terlalu tinggi, gue butuh seseorang untuk bicara. Sayangnya, ketika itu terjadi, gue baru sadar kalau gue tidak punya siapa-siapa.

Gue tidak punya siapa-siapa untuk mendengar cerita gue yang sebenarnya. Cerita gue, bukan sebagai Adi Si Tukang Cengengesan. Bukan sebagai Adi yang hobi ketawa-ketiwi. Karena seringkali yang gue dapatkan setelah cerita justru cemoohan soal gue yang dianggap tidak seperti biasanya. Gue yang dianggap tidak asik lagi karena sok serius.

Dan itu menyakitkan.

Itu menyakitkan dan membuat gue semakin takut untuk mengeluarkan cerita-cerita yang sebenarnya. Karena sejujurnya, itulah gue yang sebenarnya. Gue yang suka ketawa, loncat ke sana ke sini nggak jelas itu, bukan gue yang sebenarnya. Itu yang gue lakukan untuk membuat orang-orang di sekitar gue senang.

Karena satu-satunya hal yang membuat gue bahagia adalah melihat orang-orang di sekitar gue bahagia. Gue tidak ingin orang lain merasakan kesedihan seperti yang gue rasakan.

Gue mengambil gelas, meneguk herbadrink sari temulawak perlahan-lahan. Merasakan cairannya yang sedikit demi sedikit menghangatkan badan.

Mungkin untuk menghilangkan perasaan takut ini gue perlu suntikan obat bius seperti saat gue sekolah dulu. Atau melawan pahitnya dengan minum ramuan tradisional seperti yang dilakukan Nyokap. Atau mungkin, yang perlu gue lakukan adalah berterus terang. Menyelesaikan tulisan ini. Lalu menekan tombol publish.

--

*) tulisan ini dipersembahkan oleh herbadrink sari temulawak




Herbadrink Blog Compeition: Life Style Story with Sari Temulawak

Percaya Sama Kita

$
0
0
Postingan ini masih nyambung dikit sama tulisan yang sebelumnya.
Kalo belum baca, bisa klik link ini dulu.

Entah kenapa masih ada sisa pikiran dikit dan gue baru ketemu jawabannya tadi malem. Oke, biar gue buka dengan bilang kalau mungkin kamu udah sering denger kalimat tentang kehidupan artis yang tidak seperti apa yang kita lihat di layar kaca. Kita tahu kalau terkadang, feed Instagram seseorang lebih indah dibanding hidup orang itu. Keliatannya cakep, ternyata mukanya kayak rendang. Coklat-coklat benyek gitu. Orang yang kita lihat hepi-hepi aja, bisa jadi sedang menutupi sesuatu. Orang yang kita ledekin lalu ketawa-ketawa, bisa aja diam-diam memendam sakit hati. Begitu pulang, baru nyantet kamu pake boneka voodoo.

Maka dari itu,

gue mau minta tolong ke kamu supaya lebih peka sama orang-orang sekitar. Sama temen deket. Sama orang yang kamu sayang. Gue cukup beruntung karena dilahirkan di keluarga yang ngajarin soal kasih sayang (walaupun sering gagal. Hehehe). Gue cukup beruntung punya temen yang peduli. Gue cukup beruntung bisa menyalurkan keresahan lewat tulisan.

Tapi nggak semua orang seberuntung gue.
Nggak seberuntung kita.

Beberapa waktu lalu “penyakit” gue kambuh. Gue ngerasa sendiri. Gue ngerasa tidak punya siapa-siapa. Gue ngerasa tidak punya tempat untuk cerita. Lalu pikiran-pikiran buruk datang. Gue takut. Rasanya kayak terhisap ke dalam lubang yang gue buat sendiri, lalu terjebak dan gak bisa keluar. Dan semakin lama semuanya jadi semakin gelap dan bikin gue sesak napas. Sampai kemudian gue ketemu sama videonya Brandon Burchard soal mengatasi rasa takut (bisa cek di sini). Dan akhirnya gue berusaha jujur sama diri sendiri. Lalu jadi postingan yang kemarin.

Lucunya, tidak lama setelah itu terjadi, gue seperti ditunjukkin sama Allah. Gue didatengin temen-temen yang peduli. Lalu gue nonton Before I Fall, yang bercerita tentang apa yang terjadi kalau kamu menjalani hidup yang sama setiap hari. Nggak lama setelah itu, temen gue, yang selama ini gue anggap hidupnya tenteram. Duitnya segudang. Suka jalan-jalan. Akademisnya keren. Mendadak cerita kalau dia ngerasa selama ini hidupnya berantakan. Dia cerita panjang lebar soal masalahnya, soal keluarganya, soal orang-orang terdekatnya yang dia rasa tidak mensupport dia.

Entah kenapa semuanya kayak ngasih tahu hal yang sama. Kalau gue tidak sendirian.
Kalau kamu tidak sendiri.

Lalu gue mulai mikir. Kenapa ini bisa terjadi? Kenapa banyak orang yang memendam masalahnya sendirian? Sampai di salah satu sesi obrolan editor dan penulis (videonya disini, 37 menit) ngasih tahu kalau sekarang cara kita berekspresi udah mulai berubah. Attention span kita jadi jauh sangat rendah. Kita jadi gampang terdistraksi. Akibatnya, di dunia maya kita jadi sering menulis dengan buru-buru dan pendek. Dan di situ masalahnya: tulisan seseorang baru akan baik setelah beberapa kali editing. Kalau kita liat sesuatu lalu emosi dan gak suka, kita jadi bakal gampang komentar. Dan komentar kita pasti buruk karena apa yang kita tulis pertama kali adalah sampah yang ada di kepala kita.

Hal lain yang lebih gawat adalah, kita jadi pengin “terlihat”. Era yang ngebuat kita gampang berekspresi ini ngebuat kita jadi pengin kelihatan dan diapresiasi orang. Akhirnya, apapun informasi yang kita terima, kita pengin “pelintir” supaya perhatian orang lain tertuju pada kita. Entah itu dengan komentar lucu yang tidak nyambung, membuat komentar asal, minta pertamax, dan lain sebagainya. Apakah ini salah? Mugkin nggak bisa dibilang gitu juga.

Masalahnya, secara tidak langsung, kebiasaan ini membawa pengaruh di kehidupan nyata kita. Kita merasa pengin jadi orang yang diperhatiin. Kita jadi egois. Kita nggak mau dengerin cerita-cerita orang dan menganggapnya sepele. Padahal, satu hal yang mungkin kita tidak tahu, ketika ada orang yang ngomong “Gue mau cerita deh”, di sana ada dia yang sudah menurunkan egonya. Dia sudah jujur sama dirinya sendiri tentang perasaannya.

Dan dia,
sedang percaya sama kita.
Bukan orang lain.

6 CARA & TIPS JITU MENINGKATKAN VIEWS DI YOUTUBE TANPA TRIK MURAHAN!

$
0
0

Tidak bisa dipungkiri bahwa era video semakin meningkat dan YouTuber meledak di tahun-tahun belakang. Sementara gue masih bertahan menjadi blogger… karena gak punya kamera. Tapi jangan salah! Meskipun bukan YouTubers, tapi gue sudah menganalisis sejak lama. Gue tahu ada berbagai kategori YouTuber di luar sana. Mulai dari yang suka merekam kejadian sehari-hari. Ada yang demen game. Ada yang review hape. Pernah gue nonton salah satu YouTuber yang joget-joget sambil mohon-mohon, ‘Gift-nya dulu kakaaaak.’. Oke, kayaknya gue agak ketuker Youtube sama Bigo.

Begitu banyaknya YouTuber yang upload video di Youtube (menurut ngana?) ini ngebuat mereka berlomba untuk mendapatkan views sebanyak-banyaknya. Kalau kamu adalah calon-calon Youtubers itu, bersyukurlah. Karena kamu datang ke tempat yang tepat. Ya, gue udah tahu cara jitu mendapatkan banyak views di YouTube tanpa trik murahan. Tanpa download aplikasi aneh. Tanpa beli-beli views. Maka inilah dia, cara jitu meningkatkan views di YouTube:

1. Buat Ciri Khas

Betul, mungkin ini terdengar klise dan kamu tahu bahwa setiap manusia dilahirkan berbeda dan punya keunikan masing-masing. Tapi kenapa Aulion membuka videonya dengan bilang “Kayaknya gak enak deh kalo item putih gini?” PADAHAL RUANGANNYA BERWARNA TERUS DIA EDIT DI KOMPUTER JADI ITEM PUTIH TERUS DIWARNAIN LAGI? BIAR APAA? Biar repot.

Dan pastinya biar ada bedanya aja gitchu loh. Cool kan? Coba kita bedah YouTuber handal lain. Kebanyakan punya kata-kata pembuka sendiri:

‘YO WASAP MA FREN!’ – Laurentius Rando
‘Halo gua Kevin Anggara!’ – Kevin Anggara
‘ZAAPPP!! SHAP!! SHHHAAAPPHHFFHHTT.. YO MEHH EMHH MENN…’ – Picky Picks
‘Assalamualaikum temen-temen!’ – Ria Ricis
‘What is up what is down what is left what is right everything is gonna be olrait!’ – Chandra Liow
‘I’m your geek Benakribo!’ – Benazio
‘WAZAP GHAEZ! APA KABZ?!’ – Skinny Indonesian 24
‘Welkom bek wit mi si gemer ganteng!’ – Reza Oktovian

Jika kita perhatikan satu per satu, semua punya ciri khasnya sendiri. Itu artinya kamu juga harus punya! Kamu gak boleh ngomong ‘Halo!’ karena itu udah punya Kevin. Kamu gak boleh bilang ‘Assalamualaikum temen-temen’ karena itu ciri khasnya Ria Ricis. Kamu juga ga boleh bilang ‘SHAPPP!! YO ZAPPHHS EZSH… MMEEHH!’ Karena kamu tidak tahu artinya.

Dan di sini lah gue, membantu kamu menemukan ciri khas kamu sendiri. Tips dari gue untuk membuat ciri khas: Carilah kata-kata yang belum pernah dipakai sebelumnya. Kalau perlu yang nyentrik sekalian. Kamu bisa buka video kamu dengan, ‘YO! MEN! NASI KUNING DUA!’ Selain mendapatkan banyak views, ada kemungkinan tukang nasi uduk depan rumah kamu benaran ngasih sarapan.

Pro tip: Hindari menggunakan kalimat “Welcome back with me!” di awal video. Karena bisa aja dia baru pertama kali nonton video kamu. Bayangkan kamu pertama kali ke indomaret lalu kasirnya bilang, ‘Welcome back with me! Indomaret!’ Pasti kita pengin muntah odol.

2. Dengerin Lagu Gita Gutawa

Oke, oke, jangan tutup blog ini dulu karena merasa dengerin lagu Gita Gutawa tidak ada hubungannya dengan menaikkan jumlah views di Youtube. Tapi percayalah, teman-teman calon Youtuber sukes! Dengarkanlah lagu-lagunya Gita Gutawa setiap hari. Karena secara tidak sadar kamu akan ikut nyanyi. Dan karena itu… SUARA KAMU BAKAL NAIK SATU NADA!

Percaya sama gue, setiap YouTuber sukses yang viewsnya banyak harus membawakan video dengan asik. Itu artinya, GAYA NGOMONG mereka HARUS TINGGI di ujung. Tidak hanya itu, kata-kata di akhir kalimat harus dicepetin selayaknya kamu ngasih tahu nomor telepon. Kosong lapan satu dua… tiga tiga empat… mamajuh panlanwaga.

Ketika kamu membeli siomay, misalnya. Berbicaralah dengan seperti ini: ‘Bang… beli SOMAYNYA ENEM! Dua kentang… satu kol… TUMAYWAHUPUTIH!’ (maksudnya: satu somay dua tahu putih).

3. Bikin penonton penasaran

Tentu, untuk mendapatkan views video YouTube yang banyak, kamu harus membuat orang bisa menonton video kamu sampai habis. Karena di atas views ada yang namanya subscriber, dan di atas subscriber ada yang namanya watch time. Apa itu watch time? Watch itu awas. Time itu majalah. Jadi watch time adalah waktu yang dihabiskan penonton untuk menonton video kamu. Benar-benar tidak nyambung bukan! Mantap soul!

Dibanding views dan subscriber, watch Time ini lah yang lebih menentukan seberapa keren channel kamu. Kan percuma subscriber 50 ribu, views 103 ribu, ternyata tiap orang nontonnya cuma 0,13 detik.

Jadi apa yang harus kamu lakukan supaya orang betah nonton? Bikin penasaran!

Ketika kamu lagi di Taman Safari, misalnya. Kamu bisa arahin kamera ke macan dengan kecepatan 130km/jam, lalu bilang, ‘ANJIR PARAH ABIS MACANNYA!’ terus balikin ke muka sendiri dan lanjutin, ‘Kenapa parah? Nah, ada di menit ke 13 video ini ya. Jangan di skip oke? Oke sip.’

Di menit 13, kasih foto macan biskuat. Atau macan Cisewu. Atau macan Cisewu lagi makan biskuat.



4. Interaksi

Supaya kesannya si penonton dihargai dan diperhatikan, kamu ajak mereka berinteraksi! Suruh penonton kamu untuk komentar tentang hal-hal yang ada di video. Pas lagi makan bakpau tanya ‘Kalo kamu suka bakpau yang rasa apa? Kalo kamu di Taman Safari, tanya ‘Kamu sukanya hewan apa?’ Pas lagi di mobil tanya, ‘Ini mobil siapa ya gue pake?’ Jangan bertanya hal-hal yang tidak nyambung. Lagi di Taman Safari nanya, ‘Jelaskan 5 latar belakang terjadinya perjanjian Linggarjati! Dan sebutkan isinya! 5 menit lagi selesai tidak selesai dikumpulkan!’

5. Keluarkan Emosi Penonton

Emosi yang dimaksud di sini adalah perasaan. Berbicaralah dengan penuh gairah dan semangat. Seperti, ‘Akhirnya gue bisa beli mobil! BOOM! INI MOBIL IMPIAN GUE!!’ Atau ‘Gue akan lempar petasan! JEDAAAR! PETASANNYA KENA IDUNG SENDIRI!’

Yah, pokoknya yang boom boom der jedar asik itu lah. Sering-sering aja ngomong gitu.

6. Thumbnail dan Judul

Ini jelas menjadi penting karena salah satu faktor terbesar orang meng-klik video kamu adalah karena ngelihat judul dan thumbnail yang menarik. Kalo thumbnail kamu emoji dan tulisan kecil dengan background hitam, mungkin kamu masih harus bisa belajar bedain mana YouTube mana Insta story orang-orang galau.

Untuk mempermudah, posisikan diri kamu sebagai penonton. Sebelum publish, pikirkan ‘Kalo gue ngeliat gambar dengan judul ini bakalan mau gue klik nggak ya videonya?’ Dengan menggunakan metode ini, tentu channel YouTube gue nantinya akan berisi foto Sarah Azhari semua.

Itulah beberapa cara jitu yang dapat kamu pakai untuk meningkatkan views video YouTube tanpa trik murahan. Tanpa beli-beli views di abang-abang. Tanpa download aplikasi aneh-aneh. Semoga bermanfaat dan menyesatkan. Ciao!

Apdeeeeet! Wohoooo!

$
0
0
Padahal niatnya mau apdet di hari pertama puasa.
Eh malah gagal. Muahahaha.

So I’ll say this: Apdeeeeet! Wohoooo!

Sebenernya ada beberapa hal soal puasa dan bulan Ramadan yang mau gue tulis di sini, tapi kayaknya dipending dulu deh. Mau cerita-cerita random lagi aja. Hehehe. Gatau kenapa gue ngerasa puasa sekarang lebih excited dibanding tahun lalu. Ada yang gitu juga gak? Rasanya kayak pengen teriak ‘UWOOOGGHH!! PUASA MEEEN!!’ di tengah pasar. Tapi takut disiram air panas.

Satu hal yang jadi masalah gue adalah… gue jadi susah ngatur waktu idup. Kedengerannya aneh sih, tapi beneran. Bukan sulap bukan kentut, jadwal tidur gue langsung kacau. Kemaren aja gue abis teraweh gak tidur gara-gara mikir ‘ah bentar lagi juga saur’ PADAHAL SAURNYA JUGA MASIH TUJUH JAM LAGI. Akhirnya benaran gak bisa tidur karena ngurusin kerjaan. Baru molor pukul 7 pagi dan bangun pas azan zuhur (ini di mana puasanya ya?). Abis itu ke tempat temen, pulang begitu mau buka puasa. Daaaan abis buka malah ketiduran gitu lho! Jam segini baru bangun dan kayaknya bakal begadang lagi sampe saur.

Aneh. Sungguh aneh. Apa yang terjadi dengan hidup Adi? Mari kita saksikan reportase berikut!

Well, lo sendiri gimana hari pertama puasanya? Menyenangkan? Apa malah tepar dan belum kebiasa kayak gue? Semoga terus menyenangkan dan gak usah dianggap beban ya. Karena gue liat sih sekarang lebih sulit ngontrol hawa napsu dibanding laper sama ausnya. Muahaha.

Gue inget dulu pas SMA ada pesantren kilat selama tiga hari. Dan di salah satu harinya ngedatengin ustad ke kelas-kelas gitu. Tapi, namanya anak SMA geblek, kami malah nanya yang aneh-aneh dan “ngakalin” peraturan puasa. Berikut pertanyaan random yang masih gue ingat sampai sekarang (dan gue lupa jawabannya apa. Kalo ada yang tahu boleh kasih tahu ya. :p):

“Pak, kalo kita (maaf) masturbasi batal gak?”
Pak ustadnya bilang batal.

“Pak, kalo kita gak sengaja mimpi basah batal gak?”
Pak ustadnya bilang enggak.

“Pak, kalo kita (maaf lagi) masturbasi bentar terus langsung tidur dan mimpi basah batal gak?”
Pak ustadnya pindah kewarganegaraan.

Kalo diinget-inget ngakak juga sih. Apalagi waktu itu cowok sama cewek dipisah. Jadi yang cowok di kelas sementara ceweknya ngumpul di aula gitu. Alhasil pada berani nanya aneh-aneh deh. Udah kayak buka sesi curhat. Sampe ada yang nanya masalah masukin jari ke tenggorokan biar muntah. Gue lupa-lupa inget sih. Tapi yang jelas begitu beres pesantren kilat, hidup kita langsung berubah. Biar dianggap keren sama cewek, kita jadi sok alim. Wudhu jadi slow motion. Dikit-dikit ngajak solat. Pas upacara bukannya baca pancasila malah mengumandangkan azan (ekstrem abis).

Anyway, gue baru aja baca lagi tulisan soal depresi kemaren… dan rasanya kok aneh gitu ya. Hehehe. Intinya sih gue minta tolong saling liat sekitar. Takutnya ada orang yang sebenarnya punya masalah, tapi terlalu takut untuk bilang. Kita kan gak pernah tahu seberapa pentingnya kita di mata orang lain. Ada lho orang yang kita anggap biasa aja, tapi ternyata menganggap keberadaan kita sangat penting. Terlepas dari apapun yang kita bilang atau perlakukan ke orang itu. Bisa aja secara tidak sengaja keberadaan kita “menyelamatkan” hidup dia. Apa lagi kalau kita dianggap pembantunya sendiri (lho?).

--
Bahas Bianglara dikit ya. Mungkin ada beberapa di antara temen-temen yang belum tahu Bianglara, bisa baca part 1 di sini. Sejauh ini komentar yang masuk sih cukup positif. Gue gatau itu bacanya sambil setengah sadar apa gimana, but I’m happy to hear that! So thank you very muchos!

Belakangan gue baru sadar… ternyata gue belum kasih penjelasan sama sekali soal Bianglara. Apa itu Bianglara dan kenapa gue bikin itu. Jadi gue mau cerita dikit deh ya. Nanti yang versi detail mungkin bakal gue post di lain waktu (kalo niat. Hehehe).

Jadi, selama ini gue punya rencana untuk bikin novel utuh (yang tentu saja belum kesampaian. :p). Nah, Bianglara ini adalah salah satu rencana itu. Gue pengin bikin novel komedi fiksi yang beda aja gitu. Bianglara sendiri bercerita tentang lima orang dengan karakter berbeda yang harus saling sepakat satu sama lain supaya bisa mengalahkan monster di taman hiburan. Gue pengin coba bikin karakter yang “hidup” di dalam ceritanya sendiri. Gue sebisa mungkin mengembangkan karakter yang nyata, baru sedikit demi sedikit masukin masalah yang bakal dia hadapin.

Terus terang, naskahnya pun masih jauh banget dari jadi. Ini juga yang ngebuat gue untuk nge-publish tiap part-nya di blog. Karena selain gue bisa tahu langsung reaksi yang baca, gue masih bisa “ngotak-ngatik” lagi. Karena yang akan gue taroh adalah draft awal yang belum sempurna banget. Gue pengin pertumbuhan tulisan ini jadi hasil kolektif kita, meskipun ujung-ujungnya tetap ada di tangan gue sih. Paling enggak kan terasa lebih dua arah. :p

Untuk orang yang masih awam soal dunia penerbitan kayak gue, mungkin nge-share ini pelan-pelan juga bisa jadi salah satu alat pemasaran kali ya? Gue juga gatau sih bakal gimana ke depannya. Hehehe. Tapi mungkin gue akan coba share juga hal-hal yang berhubungan soal penulisan Bianglara. Bisa inspirasi tulisannya, atau film-film yang memengaruhi adegan di cerita ini. Siapa tahu benaran ada yang suka dan malah jadi buku beneran. (kemudian ngarep. Muahaha. :p).

Kalo sejauh ini sih gue lagi sering nonton tv series. Gue pengin orang punya kesan yang kuat kayak karakter di tv series gitu. Jadi gue mulai ngulang nonton How I Met Your Mother, ngelanjutin Big Bang Theory sama Master of None. Sama nunggu seri-nya American Gods. Kalo filmnya sendiri tentu bakal banyak terinspirasi dari Simon Pegg. Buku? Kemaren sih baru baca Before I Fall, tapi gatau bakal berpengaruh banyak apa enggak ke sini. Hohoho. Mungkin akan masuk ke bagaimana nulis dengan “enteng dan gak ngebosenin” kayak yang dilakuin Lauren Oliver. Jadi mudah-mudahan gak ada kata-kata yang terlalu rumit untuk dicerna atau diucapin secara verbal pas baca. Gue juga lagi ngobrak-ngabrik lemari nyari Dengan Novel Ini Aku Ingin Balas Dendam karena pengin ngebuat tulisan ini jadi semacam punya unsur breaking the fourth wall­-nya.

Tentunya seiring dengan pembuatan Bianglara bakalan masih banyak influence lain yang gue pakai. Mudah-mudahan bisa sering gue update dan gak semangat di awal doang. Muahaha. \(w)/

Well, segini dulu deh apdetnya. Udah mau saur aja nih ya.
Happy fasting you guys all! Have a nice Sunday! \:D/

JUAL BELI BARANG BEKAS HAPPY AE PAKE PRELO!*

$
0
0
buku the graveyard book neil gaiman

Pernah nggak ngebet punya suatu barang, tapi gatau harus beli di mana? Buat gue, barang ini bernama buku. Sampai sekarang, di hape gue ada daftar buku yang pengin banget gue punya. Mulai dari bukunya Ellen sampai Neil Gaiman. Masalahnya… GUE KAGAK TAHU BELINYA DI MANA GITU LHO. Buku keluaran lama gini jelas gak mungkin ada di toko buku resmi. Sementara di toko buku gak resmi… gue takut. Hehehe.

Pengalaman gue belanja buku di toko buku bekas terjadi sewaktu gue baru-baru aja demen baca buku. Waktu itu gue baru kenal Arif di kampus. Ternyata, sama kayak gue, dia juga suka baca buku. Bedanya dia udah suka baca dari sekolah. Sementara gue masih kacrut abis. Dari pertemuan itu kami jadi saling tukar cerita soal buku. Gue nanya-nanya. Dia jawab. Kami jadi dekat. Sekarang anak kami udah umur empat tahun (lho?).

‘Lo baca Andrea Hirata gak?’

‘Baca lah!’ jawab gue sotoy bener. Padahal denger namanya aja kagak pernah. Demi menghadapi tekanan pergaulan, gue lanjutin, ‘Mana mungkin gue gak suka sama yang jepang-jepang gitu!’

‘…’

‘Rip?’

‘Hah?’

‘Gue suka Doraemon.’

Ternyata Andrea Hirata bukan orang jepang.
Gue gondok sambil nangis. Malu abis.

Setelah Arif cerita, gue baru tahu kalo Andrea Hirata ini orang Belitung. Punya buku tetralogi namanya Laskar Pelangi. Waktu itu Arip minjemin gue seri terakhirnya, Maryamah Karpov. Dan gue naksir dong! Gue langsung cari tiga buku sisanya. Nah, karena si Arif jenius, dia nyaranin gue untuk beli buku bekas aja. Kenapa? Soalnya kalo beli 3 pasti lebih murah cuy! Mantap soul.

Nah, satu-satunya tempat yang gue tahu jualan barang bekas di Jakarta waktu itu adalah Pasar Senen. Maka dengan semangat membara gue ke Pasar Senen. Tapi tahu apa yang terjadi? Tempatnya serem abis! Begitu sampe di lantai yang ngejual buku bekas, segerombolan mas-mas setengah baya langsung nyamperin gue dengan brutal. Udah kayak zombie apocalypse gitu. Mereka ngarahin tangannya ke depan sambil teriak-teriak ga jelas. Gue pengin nyaut bilang, ‘Tenang, tenang. Semua dapat tanda tangan saya!’ tapi takut dilempar ke lantai bawah. Yang bikin males, mereka bener-bener ngikutin gue sepanjang jalan. Ada yang ngoceh mulu di samping gue. Ada yang narik-narik baju. Ada yang nyapu di pojokan (belakangan diketahui kalo dia memang tukang sapu).

Gara-gara pengalaman buruk itu gue jadi rada males ke toko buku bekas. Walaupun terkadang gue pengin juga gitu ke toko buku yang mas-masnya paham sama buku yang dia jual. Ngobrol-ngobrol, lalu jatuh cinta dan menikah di Jogjakarta. Oke, ini kayaknya gue kebanyakan nonton sinetron deh…

Sampai beberapa hari belakang ini gue tahu aplikasi Prelo!

logo prelo aplikasi jual beli barang bekas
Lambangnya kayak jurus Ueki level 2 di The Law of Ueki. Yang nge-recycle baranag-barang gitu gak sih?


Jadi Prelo ini e-commerce untuk barang-barang preloved. Sejujurnya, awalnya gue ragu. Soalnya kan masih asing sama e-commerce ini. Tapi demi buku aku akan melakukan apa saja! Huahahaha! *mendadak iblis*

Akhirnya gue daftar akun baru. Daftarnya sih sama kayak kita daftar aplikasi lain lah ya. Gancil. Cuman isi nama, alamat, akun, gitu gitu. Begitu beres, kita bakal masuk ke halaman utama. Halaman ini semacam editor’s pick gitu. Jadi cuma barang-barang terpilih yang nampang. Kategori barangnya ada di bagian atas. Mulai dari pakaian cowok dan cewek, buku, gadget, hobi, barang antik, kosmetik, perlengkapan bayi, dan alat rumah tangga. Gue sih jamin begitu liat langsung ngerti, soalnya emang tampilannya dibikin gak ribet. Catatan: walaupun termasuk bekas, tapi di Prelo tidak ada mantan yang diperjualbelikan.

Begitu beres, gue langsung ngecek daftar buku di notes hape, terus buka kategori buku second di Prelo-nya. Dan ternyata… nemu bukunya Neil Gaiman yang The Graveyard Book! Oh, mbak-mbak berakun rrsilvaa. Semoga Allah memberkati. \(w)/

Ya udah, gue langsung chat si mbak-mbak ini. Nanya soal kondisi buku. Dan malah ngebahas dikit soal isi bukunya. Muahaha. Dan tahu apa? Bukunya disampul plastik dong! Gila sih ini. Apa emang semua cewek kalo nyimpen buku rapi begini ya? Gue sih satu-satunya buku yang dikasih sampul plastik… Hmmm itungannya buku bukan sih kalo STNK?

Akhirnya gue bayar, terus beberapa hari lalu sampe dan gue bahagia to the max!


A post shared by Kresnoadi DH (@keribakeribo) on

Biar gampang, review aplikasi “Prelo: Tempat Jualan Barang Bekas. Aman. Berkualitas” ini gue jadiin poin aja ya. Mulai dari plusnya dulu:

Tampilan Gampang Dipahami

halaman utama prelo


Buat gue yang rada katrok ini, Prelo adalah salah satu aplikasi yang tampilannya simpel. Gak aneh-aneh, tapi nggak norak juga. Kan ada tuh beberapa aplikasi yang kesannya mau keren, tapi malah ribet. Dipencet dikit, tahu-tahu nongol animasi yang sebenernya gak penting-penting amat. Prelo ini gak gitu. Kayak emang didesain biar gampang dipake. Jadi orang-orang yang baru pertama nyoba dapet kesan yang happy ae. Di bagian bawah, ada tombol kamera buat motret barang yang dijual. Jadi jangan dipake selfie, entar ditawar. Bahaya.

halaman pembeli prelo


Nah, kalo mau jualan, kita gak bisa sembarang asal foto gitu aja. Bakal ada arahan kalo kita harus foto dari beberapa angle. Mulai dari depan, belakang, logo brand (soalnya di Prelo khusus jual barangsecond yang original. Kalo kegep enggak ori, postingannya gak bakal jadi). Sampai disuruh foto detail cacat barangnya juga. Jadi ya emang jujur-jujuran. Kita gak bakal nemu tuh foto yang nyomot dari google. Karena kan emang barang bekas. Ini semacam ngasih tahu kalo Prelo pengin penjualnya transparan sama barang yang dijual. Jadi si pembeli gak ngerasa dibohongi. Keliatannya anak baik-baik. Ternyata di belakang malah sering ngomongin kita. :(

halaman jualan prelo


Jaminan 3 x 24 jam

Kalo kamu ngerasa barangnya nggak sesuai sama yang ada di foto atau deskripsi, Prelo ngasih waktu 3 x 24 jam untuk ngebalikin barang itu. Nantinya duit kita bakal dibalikin utuh. Asoy.

Ngejual Histori

Ini salah satu yang gue demen juga sih. Karena emang jualan barang bekas, salah satu yang “dijual” ya cerita di belakang barangnya. Apa kaos itu sebenernya pemberian mantannya. Apakah tas itu tas pertama yang dia beli pakai uang sendiri. Apakah itu sepatu yang selalu menemani dia lari pagi. Cerita ini yang ngebuat si barang jadi punya nilai lebih. Asal gak aneh-aneh aja. Kayak misalnya, bukunya pernah kerendem kuah soto (LAH NGAPAIN DIJUAL ANJIR!).

Fitur Chat


Ini kayak yang tadi gue bilang. Kita bisa nyari tahu barang itu lebih jauh lagi. Dulu ngerawatnya gimana, de el el. Buat yang jago nawar, kita bisa minta diskon. Buat yang jago sepik, bisa numpang modus. Yah, intinya mengenal penjual sama barangnya lebih dalam lagi. Oke, kalimat barusan kok terdengar agak salah ya..

Pembayarannya

tiga cara bayar menggunakan aplikasi prelo

Kalo emang udah deal, Prelo bisa “amanin” barang dan uangnya (kalo kamu penjual) karena menggunakan sistem rekening bersama. Pilihan pembayarannya bisa transfer ATM, kartu kredit, atau di Indomaret. Jadi kalo beli barang yang murah kayak gue, bisa bayar sambil jajan-jajan lucu di Indomaret. Ga ribet kudu ke transfer pake ATM. Apalagi kalo ATM-nya ada di Indomaret (LAH KAN SAMA AJA COY!).

Salah satu yang menarik, “notifikasi perjalanan” belanja kita muncul banyak banget. Mulai di apps-nya, di SMS ke hape, dan masuk langsung ke email juga. Jadi ga usak panik sewaktu nge-track barang kita udah dibayar, atau dikirim, atau diterima apa belum. Kecuali hapenya kecebur laut dan email-nya di-hack Ransom Wannacry. Asli. Ini ngomong apa sih gue.

Oke, sekarang masuk ke minusnya:

Belum Familiar

Terus terang, ini yang ngebuat gue awalnya ragu untuk nyoba. Tapi ternyata oke-oke aja sampe sekarang. Mungkin karena emang fiturnya gampang dan bikin kita jadi enjoy ae. Masalah lain, karena kurang familiar, kita harus ngasih tahu mbak-mbak Indomaretnya. Karena mungkin mbaknya bakal rada bingung waktu kita bilang “Mbak, saya mau bayar Prelo.” Dibanding kalo kita beli tiket kereta atau yang lain. Tapi ya gapapa. Kasih tahu aja. Tuntun mbak-mbaknya ke jalan yang benar. Itung-itung latian jadi imam rumah tangga. Anjer.

Charge 10%

Menurut kesotoyan gue, ini termasuk imbas dari belum familiarnya Prelo. Jadi, untuk dapatin untung, mereka kerjasama sama penjualnya dengan sistem bagi hasil. Untuk setiap penjualan barang, keuntungan si penjual bakal dipotong sebesar 10%.

Pro tip: Kalo kamu pengin jual barang tapi gamau kena charge 10%,kamu harus share dagangan kamu ke sosmed. Kalo dipikir-pikir sebenernya aturan ini unik juga. Kita promo dagangan kan berarti kita untung. Eh, abis itu malah gak kena charge. Kadang gue pun bingung sama dunia ini..

Notifikasi

Sejujurnya, gue nggak tahu ini ada di semua hape apa cuman gue doang. Seringkali notifikasi dari Prelo nggak bunyi ke hape. Jadi kita harus sering buka apps-nya gitu untuk ngecek notifikasi. Terus kalo barang kita nggak lolos seleksi untuk dijual di Prelo juga  gak ada notifikasi.

Pro tip: Kalo kita foto barang untuk dijual, usahain dalam kondisi cahaya yang bagus. Biar barangnya jelas. Jangan remang-remang. Nanti ketuker sama tersangka penjual bakso boraks.

--
Sejauh ini sih gue cukup happy ae nyobain beli barang preloved pake Prelo. Setelah beberapa kali ngetes dan make, gue mendapat kesimpulan tentang siapa aja makhluk yang cocok make aplikasi ini: 1) yang mau buang kenangan dari mantan (jual ke Prelo!), 2) yang mau pindah kosan dan gamau ribet (jual barangnya ke Prelo!) 3) yang jomblo berkelanjutan (cari pacar! Atau beli barang yang bisa bikin bahagia di Prelo!), 4) yang mau nyari buku jadul kayak gue, 5) yang mau kenalan sama cewek entrepreneur yang suka baca buku.

Link download-nya di sini ya (klik gambar di bawah):  








BUAT YANG DOWNLOAD DAN MAU DAPET 25 RIBU, PAS DAFTAR ISI REFFERAL CODE PAKE INI YA:

“keribakeribociBhMK”

AYO ISI BIAR GUE BISA NAIK HAJI!

Udah ah, mau jualan buku dulu. Ciao! \(w)/

Ps: jangan klik ini kalo gamau penasaran sama mbak-mbak entrepeneur

BIANGLARA (part: 2)

$
0
0
Baca part 1 di sini
Baca segala hal mengenai Bianglara di sini

bianglara novel komedi apocalypse terbaru kresnoadi keribakeribo

TUJUH - ENO

Ini sudah pukul sebelas sekaligus ke empat kalinya Eno bolak-balik kamar mandi. Buat dia, ini jadi hari galau paling aneh sedunia. Dua tahun lalu, ketika putus dengan Milly, Eno cuman diam di dalam kamar. Tanpa suara sama sekali. Ia membuka Twitter mantannya. Membaca status mantannya itu berulang-ulang. Terkadang berkomentar dalam hati. Terkadang komentarnya dia balas dengan pikiran-pikiran lain yang datang. Beberapa bulan lalu, ketika sadar kalau pada akhirnya dia akan lulus dan berpisah dengan teman-teman kampusnya, dia duduk sendirian di ruang himpunan. Menatap jam yang bergerak detik demi detik ke arah kanan. Memperhatikan foto-foto lama yang tertempel di dinding saat mereka rapat. Teman-temannya bergaya dengan berbagai pose, sementara Eno di pojok sendiri. Mukanya terpotong setengah.

Sekarang, galau malah sakit perut.

Di rumah Eno tinggal sendiri. Orangtuanya sudah pensiun dan memilih untuk tinggal di Yogyakarta. Eno berdiri di depan cermin. Dia memperhatikan dirinya sendiri menggunakan handuk warna biru dari pantulan cermin. Dia memandangi wajahnya dari atas sampai bawah. Lalu perlahan-lahan membayangkan sosok Windy berdiri di belakangnya, mantannya yang baru saja putus dua hari lalu. Setelah delapan bulan pacaran, Eno baru sadar kalau Windy ternyata berbeda dari apa yang selama ini dia kira. Atau mungkin, Eno yang berbeda di mata Windy.

Bayangan Windy samar-samar berbalik badan, kemudian naik ke atas kasur. Perempuan itu duduk bersender di tembok, meluruskan kakinya ke depan, seperti yang biasa ia lakukan ketika pacaran dulu. Eno bisa melihatnya lewat pantulan cermin di depan. Windy menarik selimut, menutup kedua ujung kakinya. Rasa galau itu datang lagi. Eno balik badan, kemudian duduk di samping Windy.

‘No,’ bisik Windy, pelan-pelan menutup kepala Eno dengan selimut.

Eno berusaha melepaskan selimut di kepalanya. ‘I-ya?’

‘BRENGSEK LO!’ Windy loncat dan nemplok ke muka Eno.

Eno menjerit. Jantungnya memompa cepat. Dia mengayunkan tangannya ke sana ke mari. Sepersekian detik berikutnya, dia lompat dan menyadari bahwa sosok Windy yang dia bayangkan adalah kecoak. Secara refleks Eno melepas handuknya, lalu menyelepet kecoak yang ada di tembok. ‘MAMPUS LO! MAMPUS!’ tapi si kecoak berhasil terbang dan nemplok ke sisi dinding sebelah kanan. Sepersekian detik berikutnya Eno sadar kalau pertahanannya terbuka lebar. Dia tidak mau kecoak itu terbang ke tempat terlarang di badannya. Akhirnya dia cepat-cepat memakai handuk dan menyambar semprotan kecoak di bawah meja.

Eno mengarahkan semprotan itu ke kecoak yang lagi santai di dinding. Tangannya gemetar.

‘MAMPOS LO!’ Saking paniknya, bukannya nyemprot, Eno malah ngelempar semprotannya dari jauh. Beruntung headshot. Ketabok pas di kepalanya. Kecoaknya tepar dan jatuh ke bawah kasur. Eno ngos-ngosan. ‘AKU GAK BERENGSEK! MAAFIN AKU WIN! MAAFIN!’ Eno gagal fokus.

Imajinasi Eno memang suka berlebihan. Mungkin ini yang menyebabkan dia memilih untuk jadi penulis. Atau gara-gara jadi penulis dia jadi suka berimajinasi berlebihan kayak gini. Entahlah, tapi yang jelas khayalannya membuat dia seringkali lupa pada hal di sekitarnya. Pikirannya kembali ke Windy. Seperti lensa kamera yang sedang mengatur titik fokusnya dari buram menjadi jelas. Bayangan itu pelan-pelan menjadi jelas. Gambaran itu adalah dua hari yang lalu. Ketika mereka duduk di taman Central Park. Ketika pada awalnya, mereka tertawa menyaksikan anak kecil yang bermain bola plastik warna merah. Kemudian, seperti layaknya pasangan yang sedang kasmaran lain, mereka membahas masa depan. Lalu Eno bercerita tentang harapan-harapannya. Tentang wajah anak mereka nantinya. ‘Pasti mirip bapaknya!’ seru Eno sambil menunjuk hidung sendiri, bangga banget. Lalu Windy yang justru tidak setuju dan dibalas dengan Eno yang berusaha bercanda dengan bilang ‘Emang kamu gak suka kalo anak kamu mukanya kayak gado-gado gini?’ Lalu obrolan-obrolan itu berbelok sedikit demi sedikit. Mengubah tawa yang beberapa saat lalu menjadi hening yang tidak mengenakkan. Windy belum siap dengan komitmen, atau Eno yang terlalu buru-buru membicarakan masa depan dan tidak realistis.

Dan hubungan delapan bulan itu berakhir begitu saja.
Mereka memutuskan untuk jadi teman dulu.
Sampai keduanya sama-sama siap.

Itu yang dikatakan Eno, tapi di dalam hati dia merasa kalau itu terlalu klise. Alasan yang mengada-ada. Tapi memang kenyataannya seperti itu. Mau gimana lagi.

Eno melepas handuk, membuka lemari, lalu menggunakan baju untuk tidur.

Handphone-nya berbunyi.

Dan untuk kedua kalinya, dia mengambilnya. Dan memutuskan untuk tidak bisa tidur lagi.

Ternyata bunyi handphone barusan merupakan pesan dari Ibunya untuk mengunci pintu. Orangtuanya memang sering mengatakan hal-hal seperti ini. Jangan lupa mengunci pintu. Menutup jendela supaya tidak ada nyamuk yang masuk. Mematikan AC di ruangan yang tidak perlu. Dia sendiri sebetulnya bukan tipikal anak manja. Sudah satu tahun Eno tinggal sendiri dan belum ada kejadian aneh yang menimpanya. Satu-satunya yang menjadi sumber masalah adalah sifat pelupanya yang mencapai level ultimate. Jangan heran kalau Eno bisa bengong di depan keranjang belanja minimarket karena mendadak lupa mau beli apa. Atau tiba-tiba pergi ke dapur, membuka kulkas, lalu malah nanya sendiri, ‘Gue tadi mau ngapain ya ke sini?’ Lalu kembali ke kamar dan berpikir ‘Tadi kayaknya ada yang mau diambil deh di dapur.’ Lalu kembali ke dapur. Begitu terus sampai ajal menanti. Atau yang paling sering, bersiap pergi, mengambil kunci mobil, menaruhnya di dapur, pergi pipis ke kamar mandi sebentar, lalu berjalan ke depan mobil kesayangannya dan bersimpuh, ‘DI MANA KUNCI MOBIL GUEEE?!’

Setelah membalas pesan Ibunya, Eno melihat satu notifikasi DM Twitter di bagian atas ponselnya.

Dia duduk di pinggir kasur, lalu menekan gambar burung biru di layar.
Mudah-mudahan bukan dari Windy, pikirnya.

Eno memperhatikan akun itu. Sedikit lega karena ternyata benaran bukan Windy. Di sisi lain, dia merasa heran karena akun tersebut asing. Nama akunnya kayak nomor telepon. Foto profilnya telur dengan backgroundbiru. Seperti akun Twitter yang baru dibuat, dengan jumlah tweets 13 yang kebanyakan berisi pujian terhadap artis Korea. Seperti ‘G Dragon keren abis!’ lalu di bawahnya ‘EXO I LOVE YOU!’ lalu di bawahnya lagi ‘Nggak pernah nyesel nonton Cak Lontong!’ Yang terakhir ini kok mental sendiri ya.

Eno awalnya malas meladeni orang seperti ini. Tetapi dia teringat dengan salah satu video yang ditontonnya beberapa hari lalu di YouTube. Ada seorang komedian Inggris bernama James Veitch yang kerjaannya balas-balasin email spam. Email yang tadinya mau mencoba menipu, malah dikerjain balik sama dia. Ketika itu Eno ketawa sampai keluar air mata gara-gara keisengan Veitch ini. Eno akhirnya mencoba mengikuti permainan si orang asing, ikut coba ngerjain balik. Lumayan, pikinya, paling tidak satu hiburan di tengah kegalauannya ini.

08778392xxx: Hei.
Eno: Iya hei juga.
08778392xxx: Passwordnya?
Eno: Susu hitam kental manis… Enak rasanya?
08778392xxx: SELAMAT ANDA MENDAPATKAN HADIAH DUA JUTA RUPIAH!
Eno: …
08778392xxx: Image attached

Eno membuka gambar tersebut. Tampak sesosok ibu-ibu gemuk dengan daster kuning memegang pisau. ‘Hah? Apa nih?’ tanya Eno. Seolah bisa baca pikiran, orang asing tersebut menjawab.

08778392xxx: Sori. Salah kirim. Itu foto nyokap pas lebaran. Hehehe.
Eno: …
Eno: Saya udah panik lho, Mas.
Eno: Eh, Mbak.
Eno: Atau kalau diliat dari avatarnya, wahai Makhluk Monokotil.
08778392xxx: ((Makhluk Monokotil))
08778392xxx: Image attached

Kali ini sebuah gambar menyerupai kartu nama berwarna perak. Pantulan cahayanya membuat si benda ini terlihat seperti besi. Atau memang besi? Di tengahnya ada tulisan “Dufan” berwarna merah dan bagian bawahnya 11/5/2017. Minggu depan? Eno tidak mengerti sama sekali maksud dari gambar ini. Caption dari foto itu tertulis: khusus pemberani.

Eno: Saya jarang ke Dufan. Makasih voucher diskonnya.
Eno: :)
Eno: Beneran, deh. Saya pernah bawa gebetan, sampe di istana boneka aja gemeter. Udah kayak bit stand up-nya Raditya Dika.
Eno: Tapi saya gak sampe loncat berenang gitu lah. Cemen bener.
Eno: Saya gak bisa berenang.
Eno: Hehehe.
Eno: Mas? Mbak? Monokotil?

Lalu DM Twitter ini berakhir begitu saja. Tidak ada balasan, tidak ada petunjuk apapun selain gambar Dufan dan ibu-ibu berdaster yang sedang menyiapkan masakan Lebaran. Niat untuk ngerjain orang seperti James Veitch malah berakhir kayak om-om desperate yang lagi gombalin anak di bawah umur.

Eno lalu tidur. Di kepalanya tersimpan banyak hal aneh hari ini.

--
DELAPAN - WINDY
Yohanes pulang setelah mengantarkan Windy ke depan rumah. Ebem dan pacarnya ikut bersama Yohanes. Windy masuk menenteng tiga plastik penuh baju bekas photoshoot-nya tadi.

Begitu sampai di kamar, ia meletakkan kacamata di meja lalu melompat ke kasur. Hari ini sebenarnya dia ingin diam saja di rumah. Dia merasa butuh refreshing. Ada masanya bagi setiap orang untuk menyisihkan waktu untuk diri sendiri. Kalau saja tidak ada kerjaan, mungkin Windy sudah menonton film apapun yang ada di laptopnya sambil minum cokelat hangat seharian.

Pada akhirnya Windy mematikan lampu kamar dan menyalakan lampu led di tembok kamarnya. Di dalam kepalanya terputar pikiran soal komitmen. Tentang perkataan Eno dua hari lalu. Apa iya dia yang salah karena tidak berani membahas masa depan? Tapi untuk apa pura-pura bahagia ngomongin masa depan kalau belum tentu benaran terjadi? Bukannya banyak orang patah hati gara-gara punya harapan yang berlebihan?

Mungkin bagi Windy masa depan adalah sesuatu yang samar. Sewaktu kita masih 17 tahun, pandangan kita akan masa depan masih gelap dan tidak jelas. Ketidakjelasan ini yang membuat apa yang kita lakukan di saat itu menjadi seru. Kita bisa dikagetkan oleh dampak dari perbuatan kita. Ini berkebalikan sewaktu kita dewasa. Semakin kita dewasa, masa depan kita mulai terlihat sedikit demi sedikit. Kita jadi bakal susah untuk “kaget”. Ketika dewasa, apa yang kita lakukan akan jauh lebih ketebak efeknya bagi hidup kita di masa depan.

Windy melihat ini di dalam orangtuanya.
Dan dia tidak mau seperti itu.

Dia menatap foto-fotonya di Instagram bersama Eno. Salah satu keribetan yang perlu dilalui orang setelah putus adalah memutuskan untuk menghapus foto mantan dari sosial media kita. Satu foto dia tekan. Terpampang wajah Eno yang mengangkat satu tusuk sate taichan sambil menaikkan otot tangan kanannya yang tidak ada itu. Tapi di mata Windy, foto itu lebih dari sekadar Eno yang makan sate. Itu adalah pertama kali Eno mau diajak makan pedas bersama. Di dalam foto mungkin wajah Eno terlihat nyengir lebar. Tapi yang orang lain tidak bisa lihat adalah, tiga detik setelah pose itu, Eno tersedak dan langsung menghabiskan dua botol air dingin. Matanya yang berair. Dan sepanjang perjalanan pulang di mana Windy ngeledekin Eno yang sok kuat makan pedas dan mereka bernyanyi berdua di dalam mobil. Bagi beberapa orang, foto mungkin punya arti yang lebih dalam daripada sekadar gambar.

Bersamaan dengan itu, masuk sebuah email ke hapenya. Windy merengut karena biasanya email endorsementharus berjudul sesuai dengan format yang dia berikan: Endorse – Nama Barang.  Tapi email ini berjudul “khusus pemberani”. Dia membukanya. Di dalamnya, terdapat sebuah foto lempengan besi dengan tulisan “Dufan” dan tanggal minggu depan.

‘Kok gue takut ya?’ tanya Windy ke Yohanes di telepon, sesaat setelah dia menceritakan email barusan.
‘Diemin aja udah. Orang iseng kali.’
‘Masa sih?’ Windy gak percaya.
‘Iya. Atau sekarang gini aja. Lo ganti password Instagram aja. Daripada kenapa-kenapa.’
‘Kenapa-kenapa gimana?’
‘Ya di-hack. Instagram lo diambil alih orang lain. Dipake upload foto sembarangan.’

‘Foto gue emang kurang sembarangan apa lagi?’ Windy lalu tertawa, mengingat sebagian besar fotonya memang dipenuhi gaya aneh. Mulai dari foto dengan gaya lidah melet. Video dirinya sedang memutarkan badan di tengah mal. Sampai menekan pipinya yang dia gembungkan sendiri. ‘Oke deh, Nes. Thank you ya.’

Windy mematikan telepon.

Sebenarnya agak aneh Windy menelepon Yohanes. Meskipun Yohanes fotografernya, tapi dia jarang membahas hal-hal pribadi kayak gini. Ternyata nggak ada Eno ada pengaruhnya juga untuk dia, pikirnya. Apa biarin aja ya di-hack? Biar foto-foto yang ada dihapus sekalian? Windy cemberut, lalu bicara sendiri. ‘Hack aja hack. Huu. Upload sana foto yang lebih penting! Apakek. Meme kek. Atau video-video jomblo yang endingnya item putih sambil nangis sekalian!’

Windy mendekatkan hapenya, membuat pantulan cahayanya mengenai wajahnya. Lalu, dengan ragu-ragu menelepon Eno.

Satu panggilan.
Dua panggilan.
Tiga panggilan.

Tidak ada jawaban.

Windy menutup kepalanya dengan bantal.

Tangan kanannya mengambil hape, memotret dirinya sendiri.
Kemudian di-upload di Instagram.

--
SEMBILAN – JAKA
Setelah mobil itu menghilang, Jaka keluar rumah. Dia mengambil lempengan besi itu dan membawanya ke kamar. Bentuknya seukuran hape, tapi lebih tipis dan berat. Kayak plat nomor versi mini. Jaka mengangkat lempengan itu ke bawah sinar lampu, seolah mengecek uang palsu. Di satu sisinya terdapat gambar mata yang menonjol keluar. Sementara di sisi satunya tertulis “Dufan” dan tanggal minggu depan di bagian bawah.

Untuk berjaga-jaga, Jaka memotret lempengan besi itu. Dia membuka laptop dan menyimpan file-nya di sana.

Sekitar pukul tiga sore, Rafi dan Lukman pulang. Jaka mencegatnya di depan pintu.

‘Fi! Lo harus tahu gue nemu apa!’ Jaka mengangkat lempengan besi.

‘Apaan tuh?’ tanya Rafi. Lukman menutup pintu pagar, lalu ikut menghampiri Jaka. Jaka mengajak mereka ke kamarnya.

‘Hmmm… Dari beratnya, sih, bukan Alumunium,’ jelas Jaka.

Lukman nyamber, ‘Hmmmm… Dari warnanya juga bukan daun pisang sih.’

‘Sial lo,’ balas Jaka lagi. ‘Maksudnya, walaupun warnanya kayak alumunium, tapi bukan alumunium. Gitu lah.’

Rafi mengangguk padahal tampangnya masih bingung. Jaka menyerahkan lempengan besi itu ke mereka. Kayak ikan koi yang dilempar pelet, Rafi dan Lukman langsung berebut memegang lempengan besi tipis itu. Mereka agak kaget karena lempengan itu lebih berat dari yang mereka bayangkan. Jaka kemudian bercerita soal mobil yang datang ke depan rumah dan diam-diam meletakannya ke sela-sela pintu pagar.

‘Wah ada lambang mata!’ Lukman kembali sok jadi detektif.

‘Tandanya apa, Man?’ tanya Rafi.

‘Serem euy. Kayak dipelototin gitu.’

Hening.

Jaka beranggapan kalau lempengan besi ini pasti tidak cuma satu. Sengaja dibagikan ke orang-orang terpilih. Kayak di Now You See Me gitu, kata Jaka. Sementara menurut Rafi, lempengan besi ini lebih mirip kayak brosur tukang servis mesin cuci yang suka dibagikan ke rumah-rumah. Pendapat ini didukung oleh Lukman yang menunjuk tulisan Dufan dan tanggal yang ada di bagian belakang lambang mata tersebut.

‘Ada yang mau nyobain dateng gak? Siapa tahu aja diskon?’ tanya Jaka.

Rafi dan Lukman saling tatap-tatapan, lalu menggeleng.

‘Gue mah sebenernya mau,’ jawab Rafi.’ Tapi Pak Tanto minta buru-buru gue nyelesain revisi, euy. Lagi belum mau meninggal nih.’

‘Gue juga, Jak.’ Kali ini Lukman yang ngomong. ‘Takut dikira homo kalo malem minggu ke Dufan bareng lo.’

Rafi kemudian menyarankan Jaka untuk datang. Menurutnya, paling tidak Jaka bisa kembali ke Jakarta, daripada gak jelas juga di sini ngapain. Bener juga sih, batin Jaka. Kan seru juga kalo tiba-tiba ini petualangan. Kalo kata Forrest Gump kan “Life is a box of chocolates. You never know what you’re gonna get.” Lagi-lagi Jaka mengutip sembarangan. Padahal gak tau apa hubungannya Dufan sama cokelat.

‘Nah, pas juga, sih, momennya.’ Lukman berusaha mengingat sesuatu. ‘Lo, kan, katanya lagi pengen yang leher lebih panjang dari jerapah gitu.’

Jaka nimpuk Lukman pake buku. ‘Leher yang akan lebih sering melihat ke atas, kali. Film 5cm woi itu. Pada gak nonton apa?’

Rafi dan Lukman pura-pura bersiul.

Jaka mengambil besi itu dari genggaman Rafi. Diam-diam tersenyum membayangkan sesuatu yang besar di depan sana. Di tengah keheningan, dia membuka mulutnya, ‘Kalo gue diculik gimana?’

bersambung..

Ketika Aku Nggak Khusyuk..

$
0
0
EYOOOO!

Udah berapa lama sih puasa? Semoga lancar semua ya yang pada puasa. Gue kok ngerasa bulan puasa sekarang lebih sering hujan ya? Kayaknya tahun-tahun lalu nggak gini deh. Apalagi kalo ujannya udah di waktu buka gitu. Jatohnya malah jadi males ke mana-mana. Udah aja geletak di samping pelukan kolak tercinta. Hehehe.

Gue rada bersyukur sih bulan puasa sekarang rambut gue pendek. Ini ngebuat peluang rambut gue keinjek pas abis sujud berkurang drastis. Nggak kayak tahun-tahun sebelumnya, di mana gue suka nggak fokus teraweh gara-gara sibuk mikirin waktu yang pas buat berdiri abis sujud. Jadi kadang harus ngelirik orang di saf depan dulu. Nggak enak aja gitu kan. Lagi di tengah keheningan tiba-tiba gue, ‘Allahu… ADOH ADOH MAS! MAJUAN MAS?!’

Kalo dipikir-pikir ternyata emang banyak sih penyebab gue bisa gak fokus salat (Sesat. Hehehe. :p). Tapi beneran deh. Jaman gue SD, waktu Ramadan bertepatan dengan tayangnya acara smackdown di tv. Gara-gara acara itu, cara bermain kami sewaktu di masjid sampai ikut kebawa. Kadang ada aja yang usil entah dengan alasan apa suka nginjek-nginjek kaki. Gue jadi fokus ngintip ke kaki dia. Kalo dia mulai angkat kaki dikit, kaki gue siap-siap ngindar. Eh ujungnya malah jadi saling saut, ‘Et… Ett… Eaa… Eaaa..’ sambil berusaha menghindari injekan kaki lawan. Absurd abis.

Hal lain yang biasa ngebuat gue gak khusyuk adalah ketika gue mulai salat sendiri, lalu gue merasa ada orang lain di belakang yang datang. Entah kenapa gue ngerasa kayak muncul aura jahat yang siap-siap menepuk gue buat ngejadiin imam. Biasanya kalo udah mulai denger ada yang wudhu, gue jadi suka cepet-cepet gitu. Hehehe. Tolong ini jangan ditiru ya.

Anyway, gue kemaren sempet bikin cerita horor komedi tentang itu. Dari pengalaman benaran gue saat jadi imam dadakan. Gue taruh di insta story. Kalo beruntung mungkin masih bisa dibaca di sini ya. \:p/



Ngomongin soal bulan puasa, gue baru menyadari sesuatu belakangan ini. Kok kayaknya sirup terlihat menggiurkan banget sewaktu bulan Ramadan ya? Padahal kayaknya di bulan-bulan biasa gue gak pernah tuh minum sirup. Paling banter juga es teh manis. Aneh gak sih? Sekarang kayaknya siang bolong bawaannya langsung ngebayangin sirup jeruk lengkap dengan esnya yang diaduk pakai sendok besi sampe bunyi gitu. Apalagi ada embun-embun di gelasnya. Padahal ya ASLINYA GUE GAK PERNAH MINUM BEGITUAN GITU LHO.

Apa emang gitu ya? Padahal kan sirup bukan minuman spesial. Beda sama es blewah, misalnya. Yang emang cuman ada pas bulan puasa doang. Kita tidak mungkin menemukan ibu-ibu abis senam Zumba ngomong ke ibu-ibu lain, ‘Gerah ya, Jeung. Es blewah enak nih?’

Buat gue, salah satu golongan paling menyebalkan di bulan puasa itu yang suka pamer bau mulutnya. Suka nge-hah-in orang pakai embel-embel “Cium nih bau surga!” Ada apa sih dengan orang-orang ini? Emangnya mereka beneran yakin surga baunya kayak jempol kaki ketumpahan asam sulfat gitu? Kalo emang kayak gitu gue agak ragu alasan orang-orang pada mau bom bunuh diri biar masuk surga.

‘Ledakkanlah dirimu! Biar bisa nyium ini selamanya! HAHHH?!!’
 Yang ada bukannya nurut malah bales, ‘Maaf, Pak. Mulutnya bisa di-flush dulu?’

--
Lanjut ngomongin Bianglara. Buat yang belum baca part 2, bisa klik ini.

Gue cuman mau share beberapa film yang lagi gue tonton untuk ngebayangin ceritanya bakal kayak apa. Pertama, gue lagi ngefans berat sama Aziz Ansari gara-gara ngikutin serial Master Of None. Ini kayaknya gue jadikan serial favorit nomor satu deh sekarang. Muehehe. Itu gila sih. Keberanian dia milih tema, gimana dia bikin joke cerdik pake social commentary. Belum lagi ada scene dan pemilihan cerita yang “gak kepikiran”. Mulai dari pake warna item putih. Nggak pake bahasa inggris untuk episode pilot (Bayangin ini episode pilot cuy!). Ada juga episode yang nggak ada suaranya sampe bikin mikir ‘Ini apa speaker gue yang rusak ya?’ Itu semua sinting! Adegan favorit? Tentu pas lagi di dalam taksi, sehabis nganterin Francesca pulang ke hotel. Kayaknya semua orang pasti pernah ngalamin momen itu deh. Hohoho.

Film-film yang selanjutnya menunggu untuk gue bedah dan dijadiin referensi untuk Bianglara ada Warmbodies, Shaun Of The Dead, The World’s End, What We Do In The Shadow dan Miss Perergrine’s Home For Peculiar Children. Gatau deh ke dapannya bakal nambah kayak gimana. Kira-kira kebayang gak bakal gimana? \:p/

Anywaaaay, satu berita yang bikin gue semangat belakangan ini adalah: Simon Pegg sama Nick Frost bikin pH sendiri di UK! Wohooo! Mereka juga udah ngasih bocoran soal film pertamanya. Apa itu? Horor komedi! Judulnya Slaughterhouse Rulez. Gilaaaaa! Belum lagi bentar lagi Baby Driver-nya Edgar Wright tayang. Ini kudu semangat 1000000%! Muahaha! \(w)/

--
Well, how’s it going in your life? Ada kejadian seru gak di bulan puasa ini? Apa malah ada yang udah bolong? Coba cerita aja di kolom komen. Lemme know ya!

Ciao! Happy fasting everybody! :)

IMAM - Cerita Pendek

$
0
0
cerita pendek horor komedi


Gue tahu seharusnya di Bulan Puasa setan pada dikerangkeng, tapi kenapa dari tadi timbul perasaan aneh? Di belakang tidak ada orang. Hanya bayangan gue yang memanjang jauh. Seperti orang kurus hitam yang jangkung mengikuti. Keringat mulai turun. Gue mempercepat langkah. Belum keliatan juga ujung lorong ini. Semoga di kampung halaman, Nyokap nggak nyenggol piring sampe pecah.

Detak jantung gue mulai terdengar. Oke, gue mengambil headset.Memasangnya ke hape. Pantulan wajah gue di layar kok pucat? Ah, pasti gara-gara lapar puasa doang. Sekilas terlihat sekarang pukul 4 sore. Sembarang lagu gue putar. Intronya gitar akustik. Gue gatau ini lagu apa. Bodo amat, yang penting perasaan gue nggak kosong. Katanya setan gampang masuk ke orang yang pikirannya kosong.

Gue jalan cepet. Pengen lari, tapi takut tiba-tiba ada orang yang ngelihat dan malah curiga. Ini gue kenapa sih? Semoga nggak ada apa-apa. Atau keluarga gue yang kenapa-napa? Atau pacar gue? Perasaan apa ini.

Oke, oke. Itu di depan ada masjid. Atau mushola? Ah, gue gatau bedanya. Kecil. Di dalam gang. Di antara rumah-rumah yang penghuninya nggak tahu ke mana. Bulan puasa kok nggak pada ke masjid? Aneh. Sekarang minggu ke berapa sih? Gue lalu inget. Kayaknya ini baru ketiga kalinya gue ke masjid di bulan puasa ini.

Gue mencopot sepatu, matiin lagu. Kaca masjidnya gelap. Jadi gue harus menempelkan wajah dan melihatnya dari dekat. Kosong. Cuma satu sajadah hijau di dua saf depan dan semacam korden pembatas antara laki-laki dan perempuan.

Pintunya gue buka.

Bisa.

Gue mau sujud sukur.

Eh eh eh ada orang. Gajadi gajadi. Mission aborted.

‘Misi, Pak.’ Gue nunduk sambil nyengir. Dia diem aja. Ekspresinya datar. Mungkin dia mikir kenapa gue nyembah keset. Ah tapi bodo amat. Seenggaknya gue nggak sendiri.

Suara air keran ngucur. Gue ambil wudhu. Basuh tangan. Sat, set, sat, set. Kaki kanan. Kaki kiri. Beres. Masuk ke masjid. Ambil tempat di saf kedua, paling pojok kiri. Naroh tas. Hape dan headset gue taroh di atas tas. Orang tadi ke mana? Tunggu dia dulu deh.

Kok nggak muncul juga? Buka pintu, ngecek keluar. Sendalnya nggak ada. Maunya apa sih orang itu? Gue akhirnya kembali ke dalam. Jalan ke tempat tas. Terdengar suara pintu tertutup di belakang. Bunyi jantung gue mulai mengeras lagi. Ya Allah, ini kenapa lagi?

Gue salat sunnah dua rakaat dulu deh.

Allahu akbar.

Hening. Gue mulai baca surat-surat di dalam hati. Samar-samar terdengar suara kucuran air dari balik tembok sebelah kiri. Surat-surat gue baca makin kenceng di dalam hati. Oke, emang ga bakal ngaruh sama dunia asli. Tapi mau gimana? Suara air berhenti tiba-tiba. Ganti jadi langkah kaki. Lalu bunyi keset yang digesek dengan kaki.

Gue makin cepet baca surat. Nggak fokus. Iya, gue emang cemen.

Rukuk, sujud, bangkit lagi.

Bunyi pintu ditutup.

Bulu kuduk gue berdiri. Gue menghadap bawah. Tadi lagi baca surat apa ya? Astaghfirullah. Gue mengulang lagi. Terdengar langkah kaki pelan-pelan. Semakin deket ke arah gue. Gue berusaha tenang, tapi badan gue kayak jadi kaku.

PLOK! Pundak gue ditepok.

Oke, ternyata orang. Bukan aneh-aneh. Walaupun gue pernah baca cerita tentang jin yang suka tiba-tiba muncul di dalam masjid. Tapi gue juga pernah nonton film horor tentang setan yang jadi makmum. Shit, kenapa mikirin ginian. Solat yang khusyuk. Solat.

Oke, oke, tarik napas. Lepas. Sekarang harus fokus jadi imam. Siapapun dia. Siapapun makhluk di belakang gue.

Tapi…

Gue kan lagi solat sunnah.

INI GIMANA NGIMAMINNYA YA ALLAH?! Gue pengin nangis.

Gue mikir satu detik. Dua detik…

AKU HARUS APA YA ALLAH?!

Gue bener-bener gatau harus ngapain. Ini momen canggung abis. Rasanya serba salah. Mau balik badan dan ngasih tahu, tapi takut dia jantungan. Apa gue kasih tahu dengan cara “kode”. Melakukan gerakan pantomim misalnya? Gaya lagi ngelap kaca (apasih namanya gerakan yang kayak nempelin tangan di kaca itu?). Siapa tahu dia jadi sadar kalo gue bukan lagi solat. Atau… gimana kalo dia ternyata makmum yang taat dan MALAH IKUT PANTOMIM? Bukannya solat, malah ngelap kaca bareng. Hmm apa gue lanjutin aja? Nanti begitu dia sujud, gue langsung kabur sambil merangkak tanpa sepengetahuan dia.

Setelah satu hembusan napas, gue beraniin diri untuk balik badan pelan-pelan. Tentu saja, bapak-bapak di depan kaget. Gue juga kaget. Kita berdua kaget. Kita depan-depanan sambil posisi berdiri. Gue senyum. Bapak ini balas senyum. Gue ngedeketin bibir gue ke bibir dia. Gue ditendang. Kalo di cerita cinta, adegan ini harusnya happy ending. Tapi kalo di sini kok jadinya menjijikkan ya? Malah kayak pocong homo yang lupa dikafanin.

Gue akhirnya balik ke tempat wudhu. Salah tingkah. Meratapi nasib. Mungkin di kampung halaman Nyokap emang baru aja nyenggol piring sampe pecah.

Dan buat si bapak, bentar lagi gue bales lo.

--
Touch me on:

Ini Alasan Kenapa Jaket Parka Bisa Meningkatkan Kegantengan Cowok*

$
0
0
Gue suka tank top.
Diperjelas, gue suka pake tank top.
Oke, sebelum semuanya mikir kalo gue punya kelainan orientasi seksual, tank top yang gue maksud adalah tank top buat cowok. Bukan tank top yang dipake cewek pas lari pagi gitu. Kalo itu gue suka ngeliatinnya doang. Hehehe.
Sejujurnya, yang ngebuat gue demen sama tank top itu karena rasanya adem. Begitu dipake langsung berasa dingin dingin semriwing. Asoy abis. Berasa nggak pake baju! Gue pernah sekali nongkrong make tank top bareng temen-temen dan kebanyakan dari mereka muji, ‘Najis lo.’ Singkat, padat, dan bikin pengin bunuh diri.

Nah, belakangan gue baru sadar kalau gue dan tank top sepertinya bukan pasangan yang cocok. Ya, dengan badan gue yang kurus, gue ngerasa make tank top ngebuat gue kayak “telanjang”. Apalagi ditambah postur badan gue yang kurus. Mungkin yang dirasain badan gue sama kayak yang dirasain kaki gue waktu make sendal hotel buat maen. Pantes aja udel gue kapalan (lho?).
Lalu akhirnya gue ketemu sama jaket parka. Sewaktu pertama ngeliat, gue awalnya mikir, ‘Oh, ya udah. Jaket lain yang ada di muka bumi. Oke.’ Tapi makin lama kok gue menyadari kalo jaket ini kayak punya sisi magis. Jaket ini kayak punya daya tarik tersendiri.
Kok keren juga ya?
Gue mulai searching di google.
Gue ngeliatin foto orang-orang yang pada pake jaket parka. Ganteng abis.
Gue ngaca. Gantengnya udah abis!
Gue lalu mulai mikir. Kenapa ya jaket ini bisa bikin cowok keliatan lebih ganteng satu tingkat? Lalu apakah kalo gue make ini kegantengan gue akan setara dengan Adipati Dolken? Atau malah jadi kayak jempolnya Adipati Dolken? Gue lalu nyari tahu lebih dalam. Dan hasilnya? Ternyata emang mendukung kegantengan pemakainya!
Biar gak penasaran, biar gue jabarkan hasil riset mengenai kenapa jaket parka mampu meningkatkan kegantengan pria.
Sejarah


Gue baru tahu kalau jaket parka ini sebetulnya adalah jaket yang didesain untuk militer angkatan udara. Di sumber yang lain malah dipakai oleh orang es kimo di Kutub Utara. Dan apa artinya itu? Ya ganteng lah! Gue pernah suatu hari ngasih minum air dingin ke temen lalu dia nanya, ‘Dari mana nih?’ Lalu gue jawab ‘Dari dapur.’ Lalu dia balas lagi, ‘Ganteng emang lo, Di.’
GUE CUMAN NGAMBIL AER DARI DAPUR LANGSUNG JADI GANTENG.
Bayangkan gue ambil air dingin dari Kutub Utara. Sambil make jaket parka. Beuh, dijamin temen gue keburu dehidrasi.
Oke, secara teknis jaket ini emang untuk menghilangkan hawa dingin. Tapi bukan berarti anak tropis kayak kita gak bisa make. Yang perlu kita lakukan hanyalah memilih bahan yang tepat. Carilah jaket parka yang berbahan katun dan cari yang nggak ada lapisan bahan lagi di dalamnya.
Modelnya Simpel


Salah satu yang bikin pemakai jaket ini tambah ganteng adalah desainnya yang simpel. Biasanya hanya terdiri dari kombinasi warna polos. Gak ada desain sok keren yang berlebihan. Di belakangnya juga gak ada tempelan sticker happy family (Emangnya mobil!).
Karena ukurannya yang oversized, make jaket parka bakal ngebuat orang yang badannya kurus kayak gue jadi lebih berisi. Paling enggak kemachoan saat foto meningkat 40%. Walaupun pas liat mukanya bakal turun jadi -78%.
Fungsional


Karena memang didesain untuk menghadapi cuaca ekstrim, desain jaket parka biasanya gak sembarangan. Kantongnya yang banyak akan sangat menguntungkan. Terlebih bagi cowok yang sering dititipin hape, power bank, casan, ((masa depan)) sama pacarnya. Tinggal kantongin aja semuanya. Lalu bersiaplah mendapat ‘Uh, ganteng banget sih pacar aku uwuwuw’ dari cewek kamu.
Disadari atau tidak, kantung ini pun bisa menjadi alat untuk memperkuat keharmonisan hubungan kamu sama si pacar.
Caranya dengan meletakkan hape si pacar ke salah satu kantung, lalu suruh dia untuk nebak. Begitu tebakan dia salah, monyongin bibir dan katakan, ‘SALAH! Cium dulu! Weeek!’
Nah, udah jelas kan kalau jaket parka bakal meningkatkan kegantengan si pemakai. Udah ah, sekarang gue mau cari jaket parka pria koleksi MatahariMall dulu.
--
Sumber gambar:
https://jurnal.maskoolin.com/jurnal/fashion/fashion-advice/mengenal-5-jenis-jaket-parka/
https://id.pinterest.com/pin/467107792576117738/
https://www.mataharimall.com/fashion-jaket-parka-pria-navy-1503151.html

Bianglara (part: 3)

$
0
0
Baca seluruh bagian Bianglara: klik di sini



SEPULUH – AMANDA

‘Lo inget lagi coba dosa-dosa lo ke mantan.’
‘Sialan lo, O.’

‘Tapi ini aneh banget sih. Mencurigakan. Pake ada tulisan “khusus pemberani” gini lagi. Apa maksudnya coba?’

Amanda memperhatikan benda itu sekali lagi. Baru kali ini dia mendapat hadiah aneh seperti ini. Dia berjalan ke sudut kamar, membuka semacam kotak besar berbentuk peti harta karun. Di dalamnya terdapat barang-barang pemberian mantannya sejak dulu. Mulai dari boneka pink panther, kacamata, sampai beanie hat. Dia memasukkan lempengan besi tersebut ke dalamnya.

Eh, tapi bener juga kata Vio, pikir Amanda. Kata-kata ‘khusus pemberani’ itu pasti ada alasannya. Kalau diliat-liat, ini bisa berarti salah satu di antara: a) mantan yang jail, b) sesuatu yang berkaitan dengan hantu. Amanda kembali mengingat perkataan Nyokap sebelumnya. Si orang yang memberikan lempengan besi ini seumuran sama Amanda. Laki-laki dengan kemeja flanel biru dan kacamata hitam. Oke, kayaknya tuyul gak ada yang setrendi itu deh.

Pilihannya tinggal yang pertama.

‘Gue nggak takut sih, tapi kok agak serem ya.’ Amanda naik ke kasur, duduk di sebelah Vio. ‘Apa jangan-jangan si anu ya, O?’

‘Si anu?’

‘Iya. Si anu ngerjain gue? Waktu itu kan putusnya nggak begitu baik.’

‘Masa sih anu? Tapi bukannya udah lo anuin?’

‘Iya sih. Tapi kan bisa aja dia sadar kalo udah gue anuin. Terus jadi bales anuin gue.’

‘Bener juga.’ Vio ngangguk-ngangguk, lalu diam sebentar. ‘Ini ngebahas anunya bisa udahan aja nggak?’

Oke, sebelum ada yang salah paham. Anu yang dimaksud Amanda dan Vio di sini adalah Jordi, mantan ketiga yang sebelumnya tidak mau diceritakan. Amanda memergoki Jordi selingkuh di parkiran sekolah. Ketika itu hubungan mereka lagi mesra-mesranya. Begitu ngelihat Jordi berduaan sama adik kelas, dia langsung copot dan melempar helm ke wajah Jordi. Dan karena hidup ini tidak seperti film Warkop DKI, helm yang dilempar nggak masuk ke kepala Jordi, tapi mentok ke tengkorak kepalanya. Abis digebok, Jordi jatuh pingsan.

Putus paling sadis sepanjang umat manusia.

Vio mengeluarkan hapenya. ‘Coba, coba, kita cek facebook si Jordi. Lo kapan sih terakhir berhubungan sama dia?’

‘Ya nggak pernah lah!’

‘Bukan berhubungan yang itu dodol!’

‘Oh.’ Amanda ketawa garing. Dia berpikir sebentar. ‘Abis lulus SMA udah jarang banget. Dia sempet minta maaf sih. Tapi gue gatau deh dia gimana abis itu.’ Amanda mendekatkan posisi duduknya ke Vio. Melihat layar yang menampilkan profile facebook Jordi. ‘Eh, itu kok fotonya kayak tulisan gitu sih dia? Coba liat dong bacaannya apa!’

Mereka bertatapan. Vio menekan Profie picture Jordi. Dan tulisan di profilnya adalah...

Experience is the best teacher.

Mereka muntah berjamaah.

Jordi sewaktu sekolah adalah tipikal anak gaul yang mudah berbaur dengan kalangan mana pun. Seragamnya tidak pernah dilipat ke dalam celana dan lebih suka nongkrong di kantin dibandingkan di kelas fisika. Dulu anaknya sangar, sekarang profile picture-nya jadi kutipan motivasi gini. Tampang sadis, hati teletubbies. Mau dibilang apa? ‘Hai. Kamu ganteng banget deh. Mukanya kayak times new roman.’

Vio menutup aplikasi Facebook.

‘Kayaknya nggak mungkin dia deh, Man.’

Perbincangan mengenai lempengan misterius itu akhirnya selesai pukul 7 malam. Vio harus pulang dan seketika itu Amanda sadar kalau kamarnya mendadak sepi. Dia membuka peti harta karun dan mengeluarkan lempengan besi. Membolak-baliknya. Melihat tanggal di besi tersebut, lalu melirik kalender. Sabtu depan dia tidak ada acara apa-apa. Di dalam hatinya dia merasa kalau siapapun ini tidak akan membuatnya takut secara fisik. Namun, di sisi lain, hatinya masih merasa janggal. Sekarang yang ada di kepalanya hanya Jordi.

Amanda berjalan ke meja depan kasurnya. Menyalakan laptop, membuka facebook sekali lagi. Ternyata beranda facebook lebih membuatnya tertarik. Ia baru ingat sudah satu (atau dua?) tahun tidak membuka facebook. Sampai hari ini tiba. Dan semuanya sudah berubah. Setahu Amanda, facebook adalah tempat untuk mencari teman. Saling tukar-tukaran status dan berbalas obrolan antar pengguna. Ia juga ingat sewaktu awal masuk SMA, ia seringkali janjian bersama Sarah, teman kelasnya, untuk online bareng dan main game yang ada di facebook. Tapi yang sekarang ia temukan adalah tempat berbagi video dan gambar-gambar yang entah dari mana.

Sampai ia menghentikan gerakan tangannya di mouse.

Kursornya berhenti di sebuah foto cowok. Seumur dirinya. Hasil share salah satu teman facebook.

‘Ih kok lucu?’ Amanda nyengir sambil menekan tombol like… ke foto kucing yang dimasukkan ke dalam cangkir. Di bawah foto si cowok itu.

Gagal fokus.

Amanda menggeser layarnya kembali ke atas. Fokus ke cowok itu.

Dwi Abdul Jalak Ahmad Luthfi Alias Kiting.

Entah apa yang ada di dalam pikiran dia, tapi Amanda merasa orang ini punya daya tarik tersendiri. Apalagi ekspresi wajahnya memancarkan aura kebahagiaan. Senyumnya lebar. Sampe-sampe ujung bibir nempel ke alis.

Masalahnya, apakah orang ini bisa membantu? Amanda membaca satu per satu komentarnya. Suara jantungnya mulai terdengar. Dia tahu, kalau orang asing yang memberikan besi ini berniat jahat, ilmu bela dirinya bisa menolongnya. Tapi bagaimana kalau orang asing ini menggunakan cara-cara lain? Sudah rahasia umum lagi bahwa ada orang yang bisa masukin paku ke dalam perut orang lain. Amanda menoleh ke lempengan sebesar kartu remi itu. Membayangkan benda tersebut masuk ke perutnya pasti serem banget. Dan bikin repot kalo buang air besar.

Perasaannya masih mengatakan kalau ada sesuatu yang aneh. Tapi apa? Amanda menekan nama Dwi Abdul Jalak Ahmad Luthfi Alias Kiting. Membaca informasi yang tertera di profilnya dengan teliti. Bersamaan dengan itu, Bu Ami, Nyokap Amanda, turun dari lantai dua. Ia jalan tergesa-gesa ke ruang tamu dan menyalakan tv. Sesekali mengecek grup whatsapp yang berisi ibu-ibu teman gosipnya di kantor, lalu memindahkan saluran televisi.

‘AAAKKKKK!’ jerit Bu Ami histeris, mengetahui berita pertunangan Raisa dengan Hamish Daud.

‘AAAAKKKHHH?!’ Di dalam kamar Amanda ikutan kaget karena mendengar teriakan Bu Ami. Dia berbalik badan dan melakukan pukulan sikut ke udara. ‘EAARRGH!’

--
SEBELAS – KITING
Salah satu kebiasaan unik yang terdapat di dalam diri Kiting adalah: dia jarang pakai baju. Ini bukan semata-mata karena dengan bugil dia merasa jadi macho. Tidak. Cewek aja jarang bilang ‘Ih machonyaa! Uwuwuw!’ ke atlet sumo dan lebih sering merespon dengan ‘Amit amit gue amit amit..’ sambil ngetok-ngetok meja kayu.

Kebiasaan ini dilakukan karena kulit Kiting sensitif, yang membuatnya jadi gampang berkeringat. Apalagi kalau lagi sauna.

Nah, karena sering berkeringat, mau tidak mau Kiting harus sering mencuci baju. Daripada harus sering nyuci dan cepat ngabisin deterjen, dia lebih memilih untuk bugil saja. Sungguh pemikiran yang ekonomis sekali.

Kiting meletakkan kantong plastik di lantai. Lalu dengan tangannya memberikan simbol kepada Ridho dan Soleh untuk duduk sila membentuk lingkaran. Mengajak mereka untuk melihat sirup pemberian pak RT.

Kiting membuka bajunya. ‘Lo nggak pada ngerasa gerah apa?’

‘Enggak sih, Bang,’ jawab Ridho, lalu lanjut mengaji di sebelahnya.

‘EH LO JANGAN SAMBIL NGAJI KENAPA?!’ Kiting panik ngelihatin Ridho. ‘Ehem. Bukan maksudnya gue ga bolehin lo ngaji ya. Tapi kan kita mau buka ini dulu. Lagian nanti kalo kisah hidup kita dijadiin film, dikiranya gue kepanasan gara-gara denger lo ngaji lagi. Lo tahu kan buat gue image itu penting?’

‘Enggak, sih, Bang,’ jawab Ridho lagi, polos bener.
‘Sama dong.' aku Kiting, sambil melihat kewibawaannya berceceran di lantai.

Mereka pun menangis dalam pelukan.

Setelah pelukan, Kiting berusaha mengumpulkan remah-remah wibawanya kembali dengan berkata, ‘Pokoknya gini. Kalo gue lagi kepanasan, lo jangan ngaji deket-deket gue. Oke, Do?’

‘Oh, iya, Bang. Maap, Bang Kiting.’

‘Ya udah. Sekarang kita buk-‘ Kiting nengok kiri, hendak mengambil bungkusan pemberian pak RT. Tapi yang ada malah Soleh yang sedang meneguk es sirup dengan penuh birahi. Dia menghabiskan minumannya dengan beberapa teguk. Meletakkan gelas di lantai, dan tanpa dosa berkata, ‘Ahhh… Enak, Bang.’ Tidak berhenti sampai di situ, Soleh menginjak remah-remah kepemimpinan Kiting yang belum terkumpul sepenuhnya dengan bertanya, ‘Mau?’

‘Mau dong!’ Ini Ridho yang jawab.

‘Mau gundulmu.’ Ini Kiting yang jawab, sambil merebut botol sirup dan membawanya ke kulkas.

Kita tidak akan pernah tahu ke mana hidup akan membawa kita. Kita mungkin sering mendengar success story dari orang-orang yang mengawali karirnya dengan ketidaksengajaan. Seorang artis yang bermula karena mengantarkan temannya casting. Musisi yang bertemu produser pada suatu kebetulan. Penulis yang berawal dari menulis buku harian. Persinggungan-persinggunan itu.

Kiting menatap lempengan besi yang sebelumnya ia taruh di atas kulkas. Dia sama sekali belum melihatnya karena menurutnya itu bukanlah barang yang penting. Tapi hal yang menurut kita tidak penting belum tentu tidak penting bagi hidup kita. Karena beberapa detik berikutnya Soleh memanggil dari kamar sebelah.

‘Bang, telepon tuh!’

--
DUA BELAS – HERMANTO
‘Dufan itu bukannya di Jakarta ya, Pak? Yang taman hiburan itu loh.’ Si anak kelas 6 SD mengembalikan lempengan besi ke Hermanto.

‘Kok bisa ya? Kita kan di Jogja. Apa salah tulis ya?’

Si anak hampir menggaruk muka Bapaknya sendiri, tapi masih ditahan. Akhirnya garuk kepalanya sendiri. ‘Duh. Bukan, Pak. Ini tulisannya Dufan. Nggak ada tulisan Jakartanya. Tapi Dufan itu di Jakarta.’ 

'Terus bapak harus gimana?'

bersambung..

PENGALAMAN PERTAMA MAIN GAME HOROR

$
0
0
Karena mumpung masih ada bau-bau puasa dan keberanian meningkat, dua hari lalu gue pertama kali nyobain main game horor. Berikut videonya:



Kayaknya gue gak bakal nyoba main beginian lagi deh. Pengalaman pertama aja udah bikin kapok. :(

Link: https://youtu.be/OMCOwg9pXew

Tulisan-Tulisan Instagram Ini..

$
0
0
Hey! Apa kabar? Bagi oleh-oleeeeeh! *dateng dateng malak*

Cuma mau share kalo gue sekarang lagi demen main Instgram. Telat banget ya? Hehehe. Abisnya gimana dong. Kemaren-kemaren masih betah main Twitter. Sampai beberapa hari ke belakang mulai nyadar kalo tulisan yang ada di Twitter kayak gampang “disetir” gitu deh. I’m no offense buat yang masih suka main Twitter, tapi Instagram beneran seru! *teteup*

Nah, berhubung gue masih takut ngerusak Instagram dengan kebinalan gue, jadilah akun gue itu diisi sama tulisan-tulisan gak jelas. Karena agak panjang, jadi sekalian gue taruh sini aja deh:

--
Jatuh Cinta Anak Millennial

Orangtua berkata pertemuan kita norak. Berawal dari sosial media, siapa yang bisa tebak?

Meminta nama akun sama groginya seperti minta nomor telepon di tahun 2000. Menelepon mungkin sama seperti mention. Aku hanya diam melihat profile picture-mu. Sampai tidak sengaja menekan gambarmu dua kali. Memberikanmu notifikasi.

Lalu kamu kirim cinta difoto terakhirku dan itu membuatku nge-dab di depan handphone. Sikutku kepentok ujung meja, setrumannya sampai ke dada. Perasaanku juga.

Temanmu ternyata temanku. Pertemuan kita berawal di salah satu tempat makan Jakarta Selatan. Kubilang ‘Alismu kayak bulan sabit.’ Kamu memukulku sedikit dan kita membuktikannya lewat internet. Menggeser halaman demi halaman google. Dan malam itu kita tertawa puas karena malah ngelihatin meme.

Sepulangnya ku-uninstall Tinder. Aku tidak lagi minder. Kita mulai dekat. Sering chat. Tukar-tukaran sticker dan emoji. Ini bagaimana jatuh cinta bekerja pada anak millennial.

Mari kita keliling dunia. Buat travel vlog kalau bisa. Kamu yang buka Traveloka. Dan aku yang siapkan kamera.

Aku akan melakukan apa saja. Abaikan semua DM dan mari kita setel musik EDM. Berjoget tanpa kenal lelah. Karena kita tidak ke club dan hanya di rumah. Netflix atau YouTube tidak masalah.

Atau biarkan aku sekarat karena makan Samyang, sayang. Mukaku merah, lidahku berdarah. Kamu teriak Yawla. Kita berdua YOLO.

Orangtua berkata pertemuan kita norak, tapi siapa yang bisa tebak. Awalnya terlihat asal, akhirnya jadi relationship goal. Inilah bagaimana jatuh cinta bekerja pada anak millennial.

--
Dan sebuah tulisan untuk lebaran:

Aku minta maaf.
Maaf ya,

untuk huruf a di laptop yang terlalu sering aku tekan, sampai rusak dan gampang lepas dari tempatnya.

Maaf untuk kipas angin yang kupaksa terus menyala setiap hari, karena aku gampang kegerahan. Maaf untuk mata, yang terlalu sering dipakai terjaga, sampai bagian bawahnya jadi hitam. Maaf untuk mata-mata lain yang terpaksa terbuka, karena keberisikan malam-malam. Maaf untuk pintu yang semakin hari, mungkin semakin menipis lapisannya. Karena harus diketuk keras-keras supaya aku bisa bangun pagi.

Maaf untuk buku-buku yang belum sempat dibaca. Maaf untuk kuota yang terlalu cepat dihabiskan. Disia-siakan tanpa memikirkannya lebih lanjut. Maaf untuk handphone yang sering kupakai meskipun sedang dicas. Maaf untuk sepeda motor yang jarang kucuci. Aku sendiri jarang mandi. Aku minta maaf.

Maaf untuk rambut yang jarang kupikirkan. Maaf untuk telinga-telinga yang tidak sengaja mendengarku bernyanyi. Dan mungkin harus mendengarkannya lagi, dan lagi. Atau kamu boleh saja memilih untuk pergi.

Maaf untuk tangan yang menahanku dan mulut yang ‘Ngapain sih lo, Di?’ karena tindakanku yang mulai ngaco. Dan pada akhirnya aku hanya tertawa karena tidak tahu harus ngapain lagi.

Maaf untuk kamu.
Siapapun kamu, yang baca ini.

--
Tulisan pertama itu terinspirasi dari video musiknya Ryan Higa yang berjudul Millennial Love. Bisa ditonton di sini. Sementara yang kedua, gatau juga sih. Iseng-iseng nulis dalam rangka lebaran dan maaf-maafan. Kadang kita kan terlalu mikirin hal-hal besar padahal bisa aja ada hal kecil yang nggak kita sadarin. So, that’s the result. :p

Jadi begitulah. Tulisan-tulisan di Instagaam gue. Kalo mau follow bisa ke sini ya. Masih baru main, jadi masih sepi. Hehehe. Last but not least, mohon maaf lahir dan batin ya! Selamat lebaran dan liburan! \(w)/

Hayo,  belum maaf-maafan sama siapa? :p

LAMARAN ORANG JAWA VS SUNDA

$
0
0
ketika orang jawa melamar orang sunda
Bukan cincin lord of the ring

Iya, bukan gue kok yang lamaran. Tapi Abang gue. Kayaknya gue emang jarang ngomongin Abang gue deh di blog ini. Eh, sekalinya nulis langsung bahas lamaran aja. Rusuh bener. Hehehe. Gue sendiri cukup eksaitit soal lamar melamar ini. Soalnya… ya gue gatau apa-apa gitu lho. Satu-satunya tempat yang jadi sumber pengetahuan gue selama ini paling acara tv di mana melamar cewek sama dengan cowok bersimpuh terus ngasih cincin diiringi bekson lagu Glenn Fredly.

Apakah Abang gue akan melakukan hal ini? Oh, gue pun nggak tahu.

Kegiatan lamar-melamar ini terjadi hari minggu kemarin. Nyokap jadi orang yang paling heboh waktu itu. Dari pagi kerjaannya udah nanya penampilan, kerudung, dan lain-lain yang ngebuat gue mikir kalo jangan-jangan Nyokap lupa kalo yang ngelamar itu ABANG GUE. Santai, Bu. Santai…

Selama perjalanan menuju calon mempelai putri (caelah calon mempelai putri), suasana riang gembira. Gue nengok ke kursi belakang, Nyokap nyengir lebar. Sebuah senyum tulus dari seorang ibu kepada anaknya, yang menurut perkiraan gue berarti, ‘Akhirnya tinggal sisa satu curut lagi yang nyusahin hidup gue…’

Insting seorang jurnalis gue pun keluar. Gue mengambil hape, berusaha merekam momen-momen bahagia ini. Gue arahin hape ke Nyokap, nanya perasaannya. Dia jawab, ‘Awalnya saya tidak punya feeling apa-apa. Tahu-tahu saja piring di rumah jatoh sendiri…’ Tunggu. Ini kenapa jadi kayak musibah gini ya.

Pokoknya Nyokap hepi banget. Dia ngerasa bangga karena anaknya udah mau nikah. Di situ gue mulai mikir. Kayaknya, sesusah apapun hidup kita, kalo udah berhasil mencapai titik ‘menikah’, orangtua kita bakal bangga deh. Mungkin ini bisa gue jadikan jurus kalau suatu saat gue mengalami hal yang buruk dan bikin dia sedih. Gue tinggal bilang, ‘Bu, rumah kita kebakar. Tapi gakpapa. Lusa aku bakal nikah.’

Abis dari Nyokap, gue lanjut interview Bokap. Gue arahin kamera hape ke depan wajah Bokap, lalu nanya, ‘Kalo bapak gimana perasaannya?’ Pertanyaan itu ngebuat dia diam sebentar. Tatapannya fokus ke kamera. Setelah beberapa lama hening, dia bilang, ‘Rasanya… seperti mau difoto.’

Gedubrak. Maksud gue kan perasaan anaknya mau lamaran. Bukan perasaan direkam gini. Duh, emang nih keluarga abnormal.

Hokinya hari itu perjalanan lancar-lancar aja. Cuman ada satu motor yang ngebawa balon-balon gitu yang ngalangin jalan. Bokap ngeluarin respon, ‘Itu supirnya pasti lupa kalo bawa balon. Pengin nyempil, tapi lebar di belakangnya gak muat.’ Sementara Nyokap sempet komentar, ‘Kamu tahu gak? Balon itu bahasa jawanya plembungan.’ Yang tentu saja gue jawab dengan, “Oh, jelas tidak dong.’ Lalu Nyokap menyesal punya anak kayak gue.

Kami ngumpul sebentar di Botani Square pukul 9 pagi. Lalu lanjut konvoi bareng sodara-sodara ke rumah si cewek di daerah Ciapus. Kenapa rame-rame? Karena konon di keluarga jawa kayak gue, yang ngelamar harus sodara. Bukan kita, apalagi orangtua. Bahkan katanya sewaktu lamaran, orangtua si cowok harus semacam “ngumpet” dulu. Soalnya biar gak malu aja gitu kalo tahu-tahu ditolak. Agak-agak unik sih karena keluarga gue sebenernya jawa banget dan pacarnya abang gue sunda banget. Kan suka ada tuh mitos-mitos aneh yang bilang kalo orang jawa susah sama orang sunda. Well, this prove it wrong then. Amen.

Nah, gue kan pada dasarnya gatau sama sekali prosesnya lamar orang itu kayak apa. Di mobil akhirnya gue sempet mikir sendiri. Lucu kali ya kalo pake adat-adat gitu. Kalo gue gak salah, ada adat di Betawi yang ngeharusin kita bertarung silat gitu deh. Kalo kita berhasil menang lawan jagoannya, baru boleh ngelamar. Tradisi ini membuat gue bersyukur tidak dilahirkan sebagai anak betawi. Soalnya kalo iya... GUE BAKAL JOMBLO SAMPE MOKAT.

Begitu sampe di rumah si cewek, langsung deh tuh naroh barang-barang mahar. Terus acara dipandu sama pak ustad sebagai MC (sekaligus ustad?). Dia nanya maksud kedatangan keluarga kita. Yang dijawab sama Pakde gue dengan ngenalin masing-masing personel keluarga. Mulai dari Abang gue sebagai calon mempelai pria, sodara-sodara lain, dan gue yang bertugas mengawasi kalo-kalo ada mantan yang tiba-tiba dateng bawa balok sambi teriak, ‘BUBAR! BUBAR! Aku mohon jangan lakukan ini, Adolfo!’ (Lho kok jadi telenovela?).

Ya gitu deh. Ternyata simpel banget. Cuman saling ngenalin diri, bilang mau meminang, nanti keluarga cewek nanya anaknya mau apa enggak (yang tentu saja settingan karena sudah direncanakan sebelumnya). Kalo udah diterima, lanjut berdoa deh. Ada satu kejadian lucu yaitu pas pak ustadnya salah nyebut nama Abang gue. Dia bilang ‘Semoga ananda Satriyo Hutomo WARSONO…’ pas lagi awal-awal berdoa. Lah dia kira Warso Farm tukang duren apa? Padahal Abang gue namanya Satriyo Hutomo Wicaksono. Kurang jauh apa coba dari Wicaksono ke Warsono? Gak sekalian aja Satriyo Hutomo… BAJA HITAM? Baru aja bentar ngetawain abang gue, eh gak lama langsung kena karma pas Pakde ngenalin gue. Dia bilang, ‘Anak kedua dari Ibu Nani yang bernama Dwi Hatmo… Ini hatmoko kan ya? Dwi Hatmoko Kreszasalijn…WANDI? Yak, itu Dik Adi yang di sebelah sana.’ Pakde nunjuk gue. Gue cuman bisa nyengir sambil nangis.

Karma itu ada gaes.

lamaran keluarga jawa ke sunda
keluarga harmonis
Hal lain yang menurut gue unik adalah, ada beberapa part di mana pak ustadnya ngomong pake bahasa sunda. Dan sewaktu Cucu (pacar abang gue) menjawab pertanyaan ‘Kamu udah ada yang minang belum?’ dari bokapnya sendiri dengan ‘Teu acan’. Yang mana bikin 6 anggota keluarga kami bengong dan sisanya gagal ginjal karena INI DIA NGOMONG APA ASTAGA? Di saat-saat genting gini, Bude gue malah nanya ke gue… PAKE BAHASA JAWA. Kuping kiri roaming sunda. Kuping kanan roaming jawa. Gue nangis pake bahasa Spanyol.

Well, that’s all folks. Cerita soal lamar-lamaran jawa dan sunda kemarin. Alhamdulillah lancar dan jadinya malah seru banget sih. Gue ngebayangin aja gitu kalo ada keluarga pacarnya Abang gue ngomong bahasa sunda, terus dibales dengan ‘Kampret juga nih orang ngomong sunda mulu’ pake bahasa jawa atau sebaliknya. Oh, hidup pasti akan lebih bahagia.

Doain lancar sampai selanjutnya ya!

LEBIH PINTAR DARI KELAS 5 SD CHALLENGE

$
0
0
Jadi hari jumat lalu gue sama Alam main game Are You Smarter Than A Fifth Grader. Gue awalnya udah panik aja karena sebelum mulai Alam bilang kalo anak jaman sekarang belajarnya pake tema yang which is… gue sebenernya juga gak tahu maksudnya apa. Tapi panik aja karena kedengerannya serem. Alhamdulillah ternyata gue gak malu-maluin amat… walaupun tetep kelihatan bego dan banyak ketawanya. Hahaha. :D

Tadinya kita bingung mau pake sistem reward sama hukuman atau enggak. Tapi akhirnya jadi juga. Yang salah jawab ditabur bedak. Yang bener makan snack. Ini emang kelakuan bego-begonya kita kalo ga ada kerjaan sih. Semoga abis ini Alam masih mau main sama gue deh…

Ini videonya: 



Bianglara (part: 4)

$
0
0
Baca part 1 di sini: Bianglara Part 1

Segala hal tentang Bianglara: klik di sini
--
bianglara part 4 keriba-kekribo

TIGA BELAS – ENO DAN WINDY


‘Kamu semalem telepon?’
‘Iya.’
‘Kenapa?’
‘Nggakpapa.’
‘Hah?’
‘Masa ada yang email aku deh. Aneh gitu.’
‘Aneh gimana?’
‘Iya. Kirim foto Dufan gitu ke email. Aku takut di-hack Instagramnya.’

‘Kirim foto Dufan kok malah takut di-hack? Kalo aku mah pasti bales: “DASAR SOMBONG KAMU LAKNAT!” Eh, bentar deh. Dufan, ya? Kayak gimana coba fotonya? Forward deh.’ Eno menunggu beberapa saat sampaihandphone-nya berbunyi ‘Ding!’ tanda emailmasuk. ‘Ini terus kamu bales apa?’

‘Enggak aku bales apa-apa. Takut. Hehe. Yohanes sih nyuruh aku ganti password IG. Katanya suka ada modus apa gitu yang nanti nge-hack akun aku. Terus foto-foto aku bakal diapus. Terus diganti namanya sama dia. Tapi sampe sekarang belum aku ganti. Takut lupa kalo bikin passwordbanyak-banyak.’

‘Yah. Kok gitu? Harusnya bales aja.’
‘Emangnya kenapa deh?’
‘Ya siapa tahu ke-hack akun kamu.’
‘Ih kok gitu!’
‘Ya biar hapus foto akunya nggak ribet. Eh jangan, deh, jangan.’
‘Ih plin-plan dasar woo!’
‘Halo? Suaranya kok nggak jelas ya?’
‘Iya halo. Sekarang udah jelas belum?’
‘Udah sih. Tadi buat ngeles aja.’
‘Yeee! Kamu hari ini ngapain?’
‘Rahasia dong. Terus kamu itu jadinya gimana yang ke Dufan? Gamau coba dateng aja hari sabtu?’
‘Males banget sok-sok rahasia deh. Huu. Aku rahasia juga dong! Rasain. Week.’
‘Songong juga nih anak. Serius, Windy. Hari sabtu jadinya gimana?’

Windy merasa ada sesuatu yang menusuk perasaannya sewaktu mendengar Eno menyebut ‘Windy’. Bukan cuma ‘Win’ atau ‘Di.’ Walaupun lebih menusuk kalo dipanggil ‘Pemulung’ sih.

‘Ya nggak gimana-gimana, Eno. Masa email begini harus ditanggapin. Orang nggak jelas juga.’

‘Masa sih gak jelas? Siapa tahu, kan, itu hadiah. Atau kamu disuruh muter-muter pake kostum boneka Dufan yang monyet itu. Apa namanya? Ada santan-santannya gitu deh kalau gak salah. Lagian tadi kamu bilang ada tulisan “khusus pemberani”-nya. Nah, itu tuh. Siapa tahu-‘

‘Siapa tahu apa?’
‘Kamu jadi berani buat…’
‘Berani apa?’
‘Eh, kayaknya salah kirim deh itu dia. Bukan orang yang niat nge-hack gitu.’
‘Eh, tahu dari mana kamu? Sotoy. Wooo.’

‘Tahu dong! Aku gitu lho. Mana mungkin orang pemberani kayak aku gatau. Macho gini, nih. Liat aja nih otot bicep aku. Keras banget kayak kehidupan Jakarta. Ini deket ketek ada polantas lagi mengurai kemacetan. Emangnya kamu. Denger suara telepon aja malah kabur. Payah.’

Windy tertawa panjang, lalu membuat pembelaan, ‘Ya aku kan waktu itu kaget ya! Kamu sih lagian ngapain coba pake iseng nutup-nutup mata aku segala. Lagian abis itu aku kan ketawa. Daripada kamu coba? Sama kecoak aja takut. Lebih payah.’

‘Ya namanya juga surprise. Lagian aku nggak takut kecoak ya. Enak aja kamu.’
‘Bener ya?’
‘Ya maksudnya lebih ke… Kalo ada kecoak, bawaannya pengin naik meja, terus jerit “ALLAHUAKBAR!!” gitu doang. Apa salahnya coba?’
‘Ya itu takut namanya!’
‘Ya jangan ngamuk dong! Sabar. Aku datang dengan damai.’
‘Dasar lemah.’
‘Eh, songong ya. Enggak lemah aku. Coba aja kita ke Dufan, aku gak bakal teriak.’
‘Ye, dasar.’
‘Ya kalo pemberani kayak aku sih pasti bisa. Gatau deh kalo orang cemen kayak… Windy Windy siapa gitu.’
‘Enak aja! Aku juga berani woo.’
‘Apaan. Kamu aja denger suara telepon langsung kabur.’
‘Ungkit aja terus ya. Awas kamu!’
‘Terus kapan?’
‘Apanya?’
‘Dufan?’
‘Eh ini mau beneran?’
‘BODO AMAT!’

Windy tertawa. Campuran antara geli, excited, dan berharap dilahirkan di negara yang berbeda.

‘Ya… Boleh aja sih. Kapan emang?’
‘Sabtu gimana?’
‘Sama kayak ini dong?’
‘Iya dong! Kamu tahu gak? Sebenernya, kan, aku yang ngirim emailitu.’
‘Serius kamu?’
‘Iyalah!’
‘Kok emailnya matikausemua@gmail.com?’
‘Eh, iya ya? Baru sadar aku. Aku, kan, biasanya pake nama sendiri. cristianoronaldo@gmail.com.’
‘Christiano Ronaldo dari Hongkong!’
‘Dari Portugal dia. Lagian, astaga, itu bahasa jaman kapan ya?’
‘Ini beneran kamu yang kirim? Jangan aneh-aneh ah.’
‘Sebentar, deh.’ Eno membuka gallery hapenya, mengecek kembali gambar yang dikirim Windy sebelumnya. ‘Ini kok serem juga ya?’

--
EMPAT BELAS – AMANDA DAN KITING

‘SERIUS LO CEWEK?’ Kiting memutar bajunya di udara, girang abis, kayak pembantu kurang gaji lalu didatangkan Thomas Jorgi secara tiba-tiba. Kiting merebut ponsel dari tangan Ridho. Wajahnya merah menahan tawa. Sebuah ekspresi yang menunjukkan: ‘Akhirnya, aku puber juga.’

‘Ehem. Eh, tunggu, Do. Tunggu.’ Kiting mengembalikan hapenya. ‘Ehem. Ehem. Gimana? Udah rada berat belom, Do?’ yang dibalas dengan ‘Turun, Bang! Yang harusnya berat tuh suara, gak perlu nginjek gue gini!’

‘Iya, betul. Saya Kiting yang itu.’ Akhirnya pembicaraan terjadi. Amanda kemudian menceritakan tentang benda misterius yang dikirimkan orang tak dikenal. Ridho sudah diusir dari ruangan setelah badannya jadi mendoan. Setelah berpikir lama, Kiting berusaha menjelaskan, ‘Saya belum pernah, sih, kalau mengecek siapa yang kirim barang gitu. Saya, kan, pemburu hantu, Mbak. Bukan kurir JNE.’

‘Maksudnya bukan kirim barang beneran.’ Amanda menyadari kesalahannya karena menelepon maniak ini. ‘Jampi-jampi gitu loh, Mas. Beberapa tahun lalu Ibu saya juga pernah mendapat kiriman aneh dari tetangga. Dari luar toples astor, eh dalemnya kerupuk udang. Sejak saat itu Ibu saya jadi emosian. Sedikit-sedikit marah. Saya coba cabut alisnya pas dia tidur aja marah. Saya gak mau jadi orang yang penuh emosi juga. Tolong bantu saya, Mas.’

‘Sebentar, sebentar, sebentar.’ Kiting diam agak lama. ‘Kalau begitu, saya harus periksa dulu apakah kamu sudah mengalami gejala jampi-jampi.’

‘Ge-gejala jampi-jampi?’
‘Betul. Setiap orang yang terkena jampi-jampi punya gejala tertentu.’
‘Kayak apa tuh, Mas?’
‘Sebelumnya, dengan mbak siapa saya berbicara?’
‘Amanda.’
‘Oke, mbak Amanda. Sekarang kita mulai pemeriksaan awal ya. Pertama, Amanda jomblo?’
‘Iya. Apakah itu termasuk tanda jampi-jampi?’
‘Enggak. Saya juga jomblo loh. Hehehe. Sekarang, bagaimana perasaan mbak Manda?’
‘Perasaan saya nggak enak sih…’
‘PERSIS! Itu tanda awal seseorang terkena jampi-jampi!’
‘Saya.. Nggak enak karena mas aneh…’
‘…’
‘Mas? Halo?’
‘Mbak bisa coba tolong foto barangnya aja nggak? Sambil nunggu, saya mau nangis dulu di belakang.’
‘O-oke, Mas. Ini saya kirim ya?’

Beberapa saat kemudian, Kiting terhenyak. Dia mengambil barang yang sama yang ada di atas kulkas, lalu kembali ke kamar. Ia menatapnya bergantian dengan foto di ponselnya. Apakah ini sebuah tanda kebesaran Tuhan? Apakah ini yang dinamakan jodoh? Senyum Kiting melebar. Matanya memancarkan bara api hitam yang menyala. Belakangan diketahui kalo beleknya Kiting emang banyak.

Kiting melihat peluang besar menantinya.

‘Saya tahu penyebabnya! Saya familiar dengan foto ini. Kita harus nge-date di Dufan. Ehem. Maksud saya, supaya jampi-jampinya hilang, saya harus melawan hantu ini di markasnya. Mbak tahu markasnya di mana? Betul sekali. Dufan.’

‘Mar-markas hantunya di Dufan? Hantunya kayak apa, Mas?’
‘Hantunya senang kalo kita berjod… Maksud saya, kamu pernah liat kan berita tentang kejadian seram di Dufan?’
‘Belum sih, Mas.’
‘PERSIS!’
‘Persis?’

‘Ya… berarti ini yang pertama! Saya tidak akan membiarkan hantu jenis baru ini melukai calon is…, eh, klien saya. Coba sekarang kamu pegang besi itu. Letakkan di tangan kanan kamu, lalu tutup mata.’

‘Udah, Mas. Terus?’
‘Apa yang ada di bayangan kamu?’
‘2 wajik, Mas.’

‘Maksud saya bayangan wujud gitu, Mbak Manda. Bukan kartu remi. Ayo, ayo, coba konsentrasi sekali lagi. Ayo kamu pasti bisa. Kalo sama-sama pasti kita bisa bangun rumah tang… GUNG INI KALO SAYA NGGAK BIKIN PAGAR GAIB UNTUK KAMU! Bayangkan pelan-pelan. Sosok tampan itu akan masuk ke dalam kepala kamu… Ayo. Gakpapa. Lemesin aja.’

‘Mas ini beneran nggak sih?’
‘Emangnya apa yang kamu bayangin?’
‘Nggak tahu, Mas. Kayak cowok…’
‘Iya?’
‘Nggak pake baju gitu…’
‘Terus?’
‘Mukanya…’
‘MUKANYA?’
‘Kayak…’
‘KAYAK???’
‘Monyet.’
‘Mo-monyet?’
‘Apa gorila ya ini? Berbulu gitu sih.’

‘Oke, oke. Ini sudah menunjukkan gejala itu. Sudah tidak bisa dipungkiri. Sebentar lagi mungkin mbak Amanda akan jadi orang yang emosian. Pemarah. Ini bisa jadi dari orang terdekat mbak. Kita nggak pernah tahu kan? Bisa aja ada orang yang keliatannya deket sama kita. Dia terus ada di samping kita, tahu segala hal tentang kita. Sering awasin kita, tapi gak berani bilang hal-hal jelek tentang kita. Akhirnya dipendem sampai numpuk…dan pengin jampi-jampi aja.’

‘Kok mas hapal banget?’
‘Kebetulan saya pernah digituin… sama ibu sendiri.’

Amanda mengingat kejadian kemarin. Jordi, kok, kayaknya terlalu lama untuk diungkit sekarang ya? Kayaknya nggak mungkin dia deh. Lalu dia teringat keanehan saat dia lari sore bareng Vio. Setiap momen si Vio selalu memotret Amanda. Dia teringat sewaktu tergelepar sehabis menendang tiang gawang, Vio merekamnya kesakitan terlebih dahulu, baru menolongnya. Vio juga selalu pengin dipanggil ‘Vi’, bukan ‘O’ seperti cara Amanda memanggilnya selama ini. Menurut Vio, panggilan ‘O’ lebih cocok untuk cowok. Karena cewek itu harusnya yang ada ‘I’-nya. Ya emang bener sih. Susilo. Santoso. Rosalia Indah. Semuanya pake ‘o’.

‘Terus saya harus gimana, Mas?’
‘Kita ketemu. Di Dufan. Sabtu ini.’

LIMA BELAS – JAKA

‘Aku pulang ya, Ma. Mau bertualang.’ Jaka mematikan telepon.
Mama menengok ke Ayah Jaka. ‘Skripsi ternyata beneran bisa bikin gila, Pa. Kasian anak kita.’

Orangtua Saya Tidak Bilang I Love You Tapi Itu Tidak Apa-Apa

$
0
0
Gue baru tahu kalau Coldplay keluarin video lirik dari lagunya yang berjudul Miracles (Someone Special). Lagu itu bercerita tentang ayah yang percaya kalau anaknya bisa jadi seseorang yang spesial. Lirik pertamanya ‘My father said never give up son. Mohammad, Mahatma, and Nelson not scared to be strong.’

Sepanjang lagu, badan gue merinding.

Terus terang, gue terkadang iri dengan keluarga yang seperti itu. Menjadi bagian dari keluarga yang suportif, seru, dan saling dukung satu sama lain. Orangtua gue bukanlah tipikal yang seperti itu. Tidak ada ucapan ‘I love you’, ‘kamu jangan nyerah’, ‘kerja bagus’, ‘Ini baru anak Bapak/Ibu’, ‘Aku bangga sama kamu’. Mereka bukan orang yang memberi nasehat tentang kehidupan. Mereka bukan orangtua yang memberi semangat ketika gue down, mendukung ketika gue melakukan hal yang baik dan benar. Ikut bangga di saat gue mulai berhasil.

Dibanding apresiasi, yang sering keluar dari mulut orangtua gue justru kata ‘jangan’. ‘Jangan’ pertama keluar saat SMP, sewaktu gue mencari tahu apa itu internet. Jangan ke warnet, katanya. Entah apa alasannya. Lalu ‘jangan baca komik’ saat gue mulai suka baca. Jangan main kartu, ketika gue belajar card flourish. Dan berbagai ‘jangan’ yang lain. Belakangan, gue baca berita yang bilang kalau ini adalah bagaimana orangtua Asia mendidik anak. (berita tentang kenapa orangtua di Cina nggak bilang I love you: klik di sini.)

Kelihatannya memang menyebalkan. Karena kesannya kita harus bersusah-susah sendiri, berusaha diam-diam di belakang mereka sampai berhasil, baru mereka bangga ketika kita terkenal atau kaya atau sukses menurut versi mereka.

orangtua yang tidak bilang i love you


Padahal, bukan begitu.

Mereka bukan tidak sayang sama kita. Mereka hanya tidak tahu cara berkomunikasi. Gue sangat meyakini bahwa apa yang terjadi di masa lalu akan mempengaruhi hidup seseorang ke depannya. Mungkin sewaktu kanak-kanak, mereka terkekang. Tidak boleh ‘ngomong bebas’ sama pemerintah. Mendapatkan banyak ketakutan karena kerusuhan, tembak-menembak, inflasi, demo besar-besaran. Mendapat kegagalan entah dari pekerjaan, atau pendidikan. Mungkin sebagian ada yang usahanya gulung tikar. Pekerjaanya gagal dan punya tanggung jawab membiayai saudaranya karena di masa itu, Keluarga Berencana belum diterapkan dengan baik.

Hal-hal berat seperti itu, membuat mereka sulit berkomunikasi terang-terangan.

Mereka hanya tidak ingin berbagai tanggung jawab, tekanan, resiko, ketakukan, kegagalan yang mereka alami di masa lalu terjadi kepada kita. Bagi sebagian orangtua, ketakutan bahwa hal buruk akan menimpa anaknya menutupi kemauannya untuk menjadi orangtua yang suportif. Karena bagi mereka, hal-hal baru yang ada di masa sekarang adalah resiko. Dan dia tidak mau, anaknya jadi gagal karena itu.

Bandingkan dengan generasi kita yang sejak kecil menggunakan handphone. Belajar berkomunikasi dengan orang lain, bisa bicara dengan lebih terbuka. Terhubung ke mana pun dengan cepat. Bisa memilih informasi mana yang baik dan yang buruk, sesuai dengan keinginan kita.

orangtuan saya tidak bilang i love you tapi itu tidak apa-apa


Orangtua gue mungkin tidak blang I love you. Tidak mengapresiasi dengan kata-kata. Tidak ada saat gue down dan lebih banyak melarang dibandingkan mendukung. Gue tahu orangtua gue tidak bilang ‘kamu bagus’ dan selalu melihat hal-hal buruk dari apa yang susah payah gue kerjakan. Dan itu tidak apa-apa. Karena gue tahu, mereka mencari cara, melewati hal-hal berat di masa lampau, dengan segala keterbatasan teknologi yang mereka punya, untuk bekal hidup gue.

Gue tahu kalau cara mereka berkomunikasi bukan melalui kata-kata. Tapi lewat makanan yang selalu ada di bawah tudung saji. Lewat bangun setiap pagi. Lewat tulang punggung yang semakin lama semakin keropos karena berdiri di kereta. Lewat pulang malam-malam, berhadapan dengan dapur, lalu naik ke kasur dengan wajah yang dipaksakan tersenyum. Karena dengan itu, dia berkata: ‘Aku kerja keras. Kamu jangan mau kalah, ya. Pasti bisa juga.’

Bagaimana Cara Membantu Pekerjaan Konten Kreator Dengan ASUS ZenBook UX410UQ

$
0
0
Pop quiz. Di antara konten kreator blog berikut, tipe mana yang kamu banget:

a) Blogger yang menekuni teknik SEO untuk meningkatkan pengunjung blog
b) Yang mengandalkan kekuatan cerita (storytelling)
c) Yang baru mulai coba-coba ngeblog
d) Yang mengisi blognya dengan ikan koi dan bisa dikasih makan pengunjung

Kalo kamu memilih b, berarti kita sama. Dan berhubung kita punya kesamaan, let’s share something. Kalau kamu termasuk yang memilih c, tidak ada salahnya membaca tulisan ini sampai habis. Di sini gue mau berbagi apa yang gue tahu soal pembuatan konten sekaligus mau cerita banyak soal blogger-bloggeran ini. Siapa tahu berguna (atau malah menyesatkan?). Hehehe.

Bagian satu: kenapa cerita?


Jawaban versi keren: Dalam sebuah wawancara, A.S Laksana pernah bilang kalau pada dasarnya, setiap orang suka cerita. Cerita tidak akan mengancam pikiran. Beda kalau kita membagikan teori atau ideologi. Orang-orang cenderung akan waspada. Ini bener sih. Kemaren gue bilang ke Bokap, “Pak, abis makan piringnya cuci dong!’ Eh gue dilempar sabun. Waspada banget dia.

Jawaban versi gue: Soalnya gak ngerti SEO. Muahahahaha. *digampar*

Buat gue pribadi, mendengarkan cerita selalu menyenangkan. Cerita yang menarik selalu bikin gue penasaran. Sebagai seorang konten kreator yang kekuatannya lewat cerita seperti kita, hal ini jadi terbalik. Kita lah yang harus menyuguhkan cerita menarik untuk pembaca. Masalahnya, cerita yang menarik itu kayak apa? Apakah harus berbobot dengan tema berat? Apakah harus selalu yang informatif dan detail? Apakah ngambil rapot ke sekolah bukan cerita yang menarik?

Untuk menjawab ini, kita harus tahu formula dasar sebuah cerita. Cerita (yang baik), adalah perjalanan seorang karakter untuk mencapai tujuan, setelah melewati rintangan. Rumus sederhananya begini:

Cerita = Karakter + tujuan + halangan

Sekarang kembali ke pertanyaan awal: Apakah ini berarti cerita yang baik tidak harus “berat”? Apakah ngambil rapot bisa menjadi cerita yang menarik untuk dibaca? Jawabannya: ya.

Selama memenuhi ketiga elemen tersebut (karakter, tujuan, dan halangan), cerita akan menjadi menarik untuk diikuti. Contoh: Cerita ambil rapot. Dalam kasus ini, kita sudah punya 2 unsur, karakter (kita) dan tujuan (rapot). Untuk membuat ceritanya menarik, kita harus masukan “halangan” ke dalamnya. Bisa menjadi cerita tentang “Karakter utama yang sebenarnya udah tahu kalo dapet nilai jelek, sehingga mencari cara supaya nunggu di luar kelas dan ngebiarin Nyokap nemuin wali kelas sendiri”, misalnya. Sebaliknya, cerita anak ambil rapot tanpa halangan apa-apa akan membuat tulisan kita menjadi lurus dan kurang sedap untuk diikuti.

Cerita yang menarik juga selalu terdiri dari 3 babak: awalan, tengah, akhir. Jika kamu seorang blogger personal yang kontennya kebanyakan storytelling kayak gue, mengetahui unsur dasar bercerita kayak gini cukup penting. Ini supaya pembaca kamu tidak cepat bosan dan segera menutup jendela blog kamu.

Bagian Dua: Tantangan Blogger Personal

bikin konten yang out of the box
ketika harus cari ide untuk konten yang out of the box

Supaya lebih cihuy, bagian dua ini gue jadikan dalam poin-poin sebagai berikut:

SATU. SULIT DITEMUKAN

Blogger personal pada dasarnya lebih sulit ditemukan ketimbang konten kreator lain. Gue melihat ada beberapa faktor yang punya pengaruh terhadap ini. Pertama, nama website. Nama website yang sulit diingat/susah dihapal akan membuat orang lupa untuk kembali mengunjungi blog kita. Contoh: 2XY+3Z-2.blogspot.com

Faktor lain yang cukup berpengaruh adalah platform. Berbeda dengan YouTube, platformblogger ada bermacam-macam. Mulai dari blogger, tumblr, wordpress, medium, dan lain sebagainya. Berbeda dengan YouTube di mana viewer dan creator akan membuka situs www.youtube.com terlebih dahulu, reader di dunia blog sangat jarang membuka platform blog (www.wordpress.com, misalnya) dan cenderung langsung menuju website favoritnya.

Hal lainnya, di YouTube, kita akan mendapat rekomendasi video-video apa yang sedang hits. Ini memudahkan kita untuk menelusuri video dan channellain yang ada di sana. Sementara di blog tidak. Kalau kita tidak tahu nama blognya, satu satunya jalan adalah dengan menelusuri orang-orang yang komentar di tulisan orang lain. Di samping itu, semua platform blog akan bermuara pada satu lingkaran besar yang bernama: google. Sedangkan untuk berada di halaman pertama google, ada konten kreator yang memang fokusnya SEO.

DUA. STRESSFUL

Haqi Achmad, penulis skenario 15 film layar lebar, menulis di blognya kalau menjadi full time writer bikin dia jadi stres. Jadwal tidur tidak menentu. Jarang berkomunikasi dan efeknya ngebuat emosi nggak stabil. Oke, mungkin kita bukan full time writer dan mentok-mentok paling pantat berasa panas doang karena kelamaan duduk. Tapi tidak bisa dipungkiri, semakin lama seseorang ngeblog, akan ada masanya di mana dia mulai merasa kalau menulis blog tidak ada untungnya.

Ini biasanya dialami oleh blogger personal yang pada awalnya memulai blog karena hobi menulis, lalu, lama-kelamaan merasa stuck. Tulisannya terus meningkat, tapi kok pengunjung yang datang dia-dia lagi. Apalagi setelah sekian lama ngeblog dia tidak mendapatkan profit apa-apa baik finansial maupun jodoh. Di tengah perenungan hidup, dia pun berhenti ngeblog dan memilih untuk menikah saja. Buset, berasa kawin kayak gosok gigi apa ya.

TIGA. ORANG MULAI MALAS BACA TULISAN

Ada kecenderungan di mana orang lebih suka konten yang berbau visual. Terus terang, ada kalanya gue juga begini. Kayaknya lebih enak melihat langsung dari gambar/video dibandingkan membaca kata per kata. Selain ngelihatnya udah capek duluan, kecepatan membaca orang yang berbeda ngebuat si pembaca tidak bisa memprediksi “berapa lama waktu yang akan dia habiskan untuk ngebaca satu postingan.” Beda kayak nonton film atau konten video. Sebelum nonton kita udah tahu, ‘Oh 10 menit. Ya udah deh nonton dulu bentar.’ Eh beres nonton ngeklik yang lain. Nonton lagi. Klik lagi. Beres beres sampe di Cianjur (Lah emang nontonnya di mana?).

EMPAT. OPPORTUNITY COST

Adanya biaya yang harus dibayar orang sewaktu membaca konten di blog kita. Ini ngebuat calon pembaca berpikir dulu, apakah dalam satu waktu, dia memilih untuk membaca blog, atau melakukan hal lain. Kayak ngeliatin insta story Awkarin, misalnya.

Bagian Tiga: Hal yang Bisa Dilakukan

cari ide bikin konten
Cari ide

Selain mengatasi halangan di atas dengan membuat nama website yang catchy dan bikin ciri khas, ada juga beberapa hal yang cukup menjadi perhatian gue belakangan ini. Salah satu cara untuk menghadapi tantangan tadi adalah: buat konten blog yang seperti snack. Maksudnya begini, bayangkan kamu hampir terlambat bekerja. Lari-larian supaya nggak terlambat, belum sarapan, dan gak sempet kalo harus beli makanan berat yang harus duduk santai dulu. Di saat itu, yang kita butuhkan adalah snack yang mengenyangkan, tapi tetap bisa dimakan tanpa perlu abisin banyak waktu.

Nah, kita bisa coba buat konten yang kayak gitu.

Konten yang sederhana, tidak membuang banyak waktu, tapi tetap mengenyangkan. Bentuknya? Bisa macam-macam.

Hal lainnya adalah, inovasi. Kalau kita sebelumnya terbiasa membuat cerita dalam bentuk tulisan, coba ubah ke dalam visual. Ini bukan berarti kita harus jago gambar, terus postingan kita isinya pegunungan semua. Bisa aja tetap berbentuk teks, tapi dalam format gambar. Inovasi ini bukan untuk ikut-ikutan, tapi supaya orang lebih mudah untuk mengonsumsi konten yang kita buat.

Walaupun banyak yang bilang soal pentingnya the man behind the gun, tapi menurut gue paling tidak kita tetap harus punya gun minimum sesuai sasaran kita. Kalau kita mau nembak gajah, ya harus punya senapan gajah. Gak bisa pake pistol aer. Yang ada sama gajahnya dipipisin. Kalau mau buat konten video effect, misalnya. Ya komputer kita minimal harus ada Adobe After Effect (atau perangkat lain yang bisa bikin spesial effect). Makanya, perangkat yang kita pakai juga penting.

[Mulai selanjutnya postingan ini akan meng-highlight fitur yang ada di ASUS ZenBook UX410UQ dan kenapa notebook ini sangat membantu konten kreator]

asus zenbook ux410uq


Gue mulai dari fisiknya ya. Jadi, ASUS ZenBook UX410UQ ini punya 2 varian warna: Rose Gold dan Quartz Grey. Desain bodinya yang elegan dan tipis ngebuat kita bakal lebih leluasa bikin konten di mana aja. Layarnya yang 14 inci (dengan chasis 13 inci. Ya, gue nggak salah tulis. Bezelnya yang cuma 6mm bikin layarnya bisa selebar itu.) dan tebalnya yang gak sampe 2 cm. Akuratnya 18.95mm. Ngebuat notebook ini jadi tipis abis. Sama lah kayak dompet gue pas akhir bulan.

asus zenbook ux410uq layar 14 inci


Jelas, dengan desain kayak gini, si notebook bakal gampang masuk ke dalam tas. Gak ribet, dan enteng karena cuman 1,4kg aja. Tahu gak apa untungnya desain ini bagi para konten kreator? Kita bisa bikin konten di mana aja! Nggak harus terus-terusan di kamar mengurung diri. Kejadian stres kayak kasusnya Haqi paling tidak bisa dicegah dengan sesekali bikin konten di tempat yang nyaman dan baru. Apalagi ada penelitian dari Stanford University yang bilang kalau jalan kaki akan meningkatkan kreativitas. Udah nggak stres, kontennya bakal fresh!

asus zenbook ukurannya tipis


Bahas soal layar udah pasti berkaitan sama warna dan mata. Biar gue kasih tahu versi ribetnya dulu. ASUS ZenBook UX410UQ ini udah Full HD 1080p, kerapatan layaranya 276 ppi. Dan punya angle view sampai 178o. Jadi diliat dari mana aja warnanya tetap cantik. Layarnya pun sudah mempunyai fitur range gamur dengan 72% NTSC. Maksudnya, tingkat keakuratan warna di notebook ini udah muantap. Sumpah, sampai saat ini, warna masih jadi salah satu masalah buat gue. Kenapa? Soalnya warna di laptop gue bakalan beda kalo dipindahin ke handphone. Kok gitu? Gue juga gatau! Rasanya tuh nyesek. Udah capek-capek ngedit di laptop, berasa cantik. Eh pas di-upload hasilnya kayak jeroan sapi. :(

fitur wide angle display asus zenbook


Namanya konten kreator pasti bakalan lama kalo udah di depan laptop. Kerennya, ASUS juga mikirin sampai ke situ. Makanya, dia ngebuat fitur yang bernama Eye Care Mode. Jadi, warna layarnya bisa di-setting mengurangi cahaya emisi lampu biru sampai 30%. Ini ngebuat mata kita aman meskipun cukup lama di depan laptop. Meskipun dibekali fitur ini, tetap jaga waktu di depan laptop ya. Jangan kemudian duduk ngedit video sampai 2 caturwulan. Bukannya sehat, yang ada ambeien.

asus zenbook aman bagi mata
Biru ketika Eye Care Mode Off

Nggak cuma di situ, ada juga fitur visual lain mulai dari mode normal (optimal bawaan pabrik), mode manual (bisa otak-atik sendiri), dan mode vivid. Mode vivid ini yang ngebuat warna dan tampilan visualnya jadi real. Kayak NYATA, padahal enggak. Kayak perhatiannya dia gitu. Kesannya NYATA, tahunya kamu yang GEER. Dia cuma nanya, ‘Kamu lagi apa?’ kamu balesnya ‘IYA AKU MAO NIKAH SAMA KAMU! BESOK!’

Untuk konten kreator, fitur ini cocok banget digunakan saat mengedit video atau foto. Jadi bakal gampang. Kalau mau ngedit foto mantan seakan-akan lagi kegigit zombie.

Salah satu yang kelihatannya sepele tapi penting dalam sebuah notebook bagi konten kreator adalah keyboard. Laptop gue contohnya. Karena paling sering dipencet, huruf ‘a’-nya gampang copot. Jadinya sering nggak kepencet dan harus hati-hati. Niatnya mau ngetik ‘Gaul’ hasilnya malah ‘Gul’. Kayak anak bola sok imut. Sementara desain ASUS ZenBook UX410UQ punya jarak tinggi tombol 1,6mm. Ini hampir 3 kali lebih tinggi dibanding kebanyakan notebook. Kebayang deh empuknya. Belum lagi adanya illuminated Chiclet di keyboard yang ngebuat kita tetap bisa melihat huruf pada keyboard meskipun dalam keadaan kurang cahaya.

keyboard asus zenbook
Perubahan keyboard ASUS ZenBook UX410UQ dalam keadaan terang/gelap

Meskipun gue tergolong konten kreator yang jarang menggunakan touchpad, tapi ada satu hal yang menarik dari punyanya si ZenBook ini. Selain tingkat responsive-nya yang kayak smartphone, touchpad-nya juga ada sensor sidik jari yang berfungsi sebagai pengaman. Jadi gak perlu ribet-ribet nulis password dan panik kalo ada orang yang ngedeket lagi deh. Hal lain yang agak bikin gue ogah pake touchpad adalah, kalo dipake kelamaan jadi anget. Itu bikin pergelangan gue aneh aja rasanya. Eh ternyata, di sisi touchpad ZenBook ini ada fitur yang namanya IceCool Technology yang bikin suhu notebook tetap ada di rentang 28 – 35oC. Udah bisa dimainin lama, nggak gampang panas pula. Tunggu, kok kayak ada yang aneh ya kalimat barusan?

Sekarang lanjut ke bagian dalamnya ya. ASUS ZenBook UX410UQ ini menggunakan OS Windows 10 dan processor Intel Core i7 7500. Atau dengan kata lain, ini udah setara dengan notebook premium. Kombinasi antara RAM 8GB, kartu grafisnya yang menggunakan NVIDIA GeForce 940MX, dan VGA 2GB tidak akan membuat si notebook nge-hang meskipun kita menggunakan beberapa aplikasi sekaligus. Mungkin ada yang sambil riset buka tab browser bejibun, liat-liat foto mantan, nulis, sambil ngedit foto. Semuanya bisa dijalani bareng-bareng. “Dalemannya” yang tangguh ini juga ngebuat kita bisa bereksplorasi dengan konten-konten lain selain cerita dalam bentuk tulisan.

spesifikasi asus zenbook ux410uq


Tapi apa gunanya spek bagus kalau gampang lowbat?

Nah, ini dia salah satu fungsi processor tadi. Intel Core i7 7500 dibuat sedemikian rupa supaya hemat daya. Akibatnya, baterainya yang berjenis polimer ini bisa bertahan antara 5 – 8 jam pemakaian. Lumayan banget sih ini. Kalau mau kerja di luar nggak perlu bawa charger. Ransel jadi makin ringan deh.

Gue yakin salah satu masalah konten kreator selain ide dan pembuatan konten adalah tempat nyimpen kontennya. Gue udah jadi saksi mata beberapa temen hampir selalu bawa harddisk eksternal ke mana-mana. Pas gue cek, ternyata dia emang tukang harddisk.

Terus terang gue punya masalah yang sama. Harddisk di laptop gue tinggal sisa 7GB! Ini bikin gue deg-degan setiap kali bikin apa-apa. Antara takut penuh, atau laptopnya meledug. Kalo laptop gue ultramen, pasti dia udah tinung-tinung. Kejadian kayak gini kayaknnya nggak akan terjadi kalau gue menggunakan ASUS ZenBook UX410UQ. Soalnya harddisk-nya 1TB (HDD) dan 128GB (SSD). Duh, bentar ya. Ini gue pengin nangis dulu…

spesifikasi asus zenbook ux410uq


Nggak selamanya konten kreator kerja terus. Pasti butuh hiburan juga. Di sini fungsi dari audio ASUS ZenBook UX410UQ. Dalam pembuatan audio, ASUS bekerja sama dengan Harman/Kardon yang membuat kualitas suaranya jernih dan mumpuni.

Karena kita akan sering bawa notebook ini jalan-jalan, udah pasti kita bakal kerja sambil numpang Wi-Fi. Dengan ASUS ZenBook UX410UQ ini, kita bisa mengangkat dagu ke atas seraya bergumam, ‘Hmmhhhmm… Kalian semua lambat sekali internetnya.’ a la sinetron. Soalnya, ZenBook ini dilengkapi Wi-Fi terbaru yang punya kecepatan 2,8 KALI LEBIH CEPET dari Wi-Fi pada umumnya. Betul sekali. Dua. Koma. Lapan. Udah numpang, ngenetnya ngebut pula. Oh, siapa yang tidak ingin?

ASUS ZenBook UX410UQ ini jelas akan membantu pekerjaan konten kreator. Stres akan hilang karena kita tidak di rumah terus (Kalau udah coba kerja di tempat baru dengan ZenBook dan masih stres sama pekerjaan, jual notebooknya. Mungkin pekerjaan kamu tidak selesai, tapi paling tidak kamu hepi dapet uang hasil jual ZenBook). Performanya yang tinggi juga ngebuat kita bisa berkreasi lebih dari storytelling. Mungkin cerita kita bisa diwujudkan dalam bentuk video, atau stop motion, atau cinemagraf. Yang pasti banyak “pintu” yang akan terbuka dengan ASUS ZenBook UX410UQ ini.

Kalo menurut kamu, apa sih tantangan sebagai blogger personal dalam bikin konten? Terus gimana caranya biar bisa jadi bagus? Coba diskusi yuk!
Viewing all 206 articles
Browse latest View live