Postingan ini hanya boleh dibaca oleh tujuh belas tahun ke atas.
Banyak sekali perdebatan yang muncul setiap bulan puasa. Mulai dari hal-hal yang membatalkan puasa. Sampai, yang paling terakhir, adalah masalah mengenai warung makan yang dibuka dan ditutup. Dalam Imaginary Talk Chapter 0.1, gue dan Kay punya perbedaan pendapat. Kami membahasnya dari sisi masing-masing. Tentang apakah menelan ludah dapat membatalkan puasa. Tentang kentut dalam air. Tentang muntah yang disengaja. Tentang masturbasi. Dengan pengetahuan agama gue yang cetek, gue berpendapat bahwa warung makan sebaiknya ditutup dengan tirai sewaktu bulan puasa.
Sementara Kay tidak.
Dalam podcast di bawah, terus terang, banyak sekali obrolan yang kami potong karena merasa belum sepenuhnya mengerti soal agama. Kay beranggapan bahwa warung harus tetap dibuka sebagai upaya toleransi. Tapi, ketika mengetik tulisan ini, gue malah merasa kalau warung ditutup tirai adalah upaya toleransi. Dengan ditutupnya warung denagn tirai, orang-orang yang tidak melaksanakan puasa dapat makan dengan nyaman.
Mereka tidak akan khawatir merasakan yang namanya ‘nggak-enak-makan-di-tengah-orang-puasa’ karena mereka makan di tempat tertutup. Mereka bisa ngobrol, bercanda, sambil makan dan minum seperti biasanya, tanpa takut ketahuan orang (Oke, ini buat yang mau batal sih. Hehehe).
Kayaknya, cuma di Imaginary Talk deh gue bisa ngomongin hal-hal berat kayak gini. Kalau di antara temen-temen ada yang punya pendapat, silakan tulis aja di kolom komentar di bawah. Apakah temen-temen termasuk tim #WarungBuka atau #WarungTutup atau #WarungDoyong.
Selamat mendengarkan! \(w)/