Quantcast
Channel: Kresnoadi, beserta rambutnya yang tidak kribo.
Viewing all articles
Browse latest Browse all 206

Roger Rabbit

$
0
0
lagu roger rabbit sleeping with sirens


‘Coba lagu ini deh.’

Gue terbangun, beranjak duduk dan menyalakan laptop. Ini adalah pertama kalinya gue meminta rekomendasi lagu dari dia, yang memang suka datang ke konser musik secara langsung. Gue memasang headphone, lalu menekan tombol play.

‘Ini yang nyanyi cewek?’

‘Bukan. Hahahaha.’ Gue hanya membaca pesan yang dia kirim, tapi entah kenapa tawa khasnya seperti terdengar di kamar ini.

Malam itu, gue memutar Roger Rabbit berulang, dan berulang kali sampai ketiduran.

--
Gue percaya lagu yang sering didengar seseorang mencerminkan kepribadian orang itu. Contohnya, orang yang sering mendengarkan musik beraliran pop, biasanya hidupnya santai dan nggak aneh-aneh. Orang yang suka dengerin lagu-lagu metal, orangnya cenderung ‘liar’ dan lebih spontan. Orang yang suka dengerin lagu india, kalo liat pohon mangga bawaannya pengin joget.

Gara-gara tulisan ini, gue jadi inget sesuatu tentang lagu.

Lagu atau musik adalah elemen penting dalam hidup kita. Gue percaya hidup tanpa musik sama kayak sayur asem tanpa sayur. Asem. Disadari atau tidak, lagu seringkali dijadikan penanda momen-momen tertentu. My Heart Will Go On-nya Celline Dion, misalnya. Begitu kita denger lagu itu, pasti langsung kebayang adegan Jack memeluk Rose di ujung kapal. Di sisi lain, dengerin lagu Vagetoz ngebikin kita inget FTV di SCTV.

Setiap orang pasti punya lagu kenangannya tersendiri. Entah itu lagu yang ngebikin dia galau, atau malah ngebuat si orang tersebut mesem-mesem gerogotin ujung bantal sendirian. Karena lagu tersebut, seringkali dinyanyikan bersama kekasihnya di dalam mobil. Tipikal lagu romantis yang akan diingat terus menerus sampai tua.

Gue sendiri tidak pernah punya lagu seperti itu.
Sampai hidup gue bersinggungan dengan dia.

Saat itu, gue baru-baru aja jadian sama dia. Si perempuan ini, sama seperti gue, punya pemikiran yang menganggap lagu yang didengarkan seseorang akan menunjukkan identitas orang tersebut. Dan di masa itu, kami memutuskan untuk ‘melihat isi playlist masing-masing’. Dengan mengetahui lagu apa yang sering dia dengarkan, paling tidak gue jadi tahu dunia dia. Kita jadi sama-sama tahu suara yang mengalun di hari-hari kita. Buat dia, mungkin ini biasa aja. Tapi buat gue, ini MIMPI BURUK. Gile aja. Masa itu adalah masa di mana gue sama sekali gak ngerti soal lagu-lagu luar negeri. Kalau pun ada lagu luar negeri, ya paling lagu yang lagi rame. Kayak Jason Mraz dan Bruno Mars.

Dia menyodorkan iPhone-nya. ‘Nih.’
‘O-oke.’ Gue menjawab ragu. Mengambil hapenya, lalu menyerahkan hape gue.

Saat itu gue menyesal kenapa dulu gue gak beli Esia Hidayah aja.

Gue melihat playlist di hapenya, lalu menggeser-geser layarnya. ‘Hmmm. Ini toh…’ Gue mengangguk, pura-pura stay cool. Padahal dalam hati jerit: LAGU PAAN NEH?!

Hampir semua lagu di playlist-nya tidak ada yang gue tahu. Paling yang gue familiar cuman band-band seperti Simple Plan dan Boys Like Girls. Sisanya sama sekali asing.

Gue menatap wajahnya. Dia mengembalikan hape gue. Ekspresinya datar.
Saat itu gue menyesal kenapa gak ngasih kantong kresek buat dia muntah.

Lalu hidup berjalan seperti biasanya. Kami tetep jalan bareng, makan, nonton. Seperti pasangan lain pada umumnya. Tapi di sela-sela itu, seperti ada perasaan yang mengganjal di dalam hati gue. Rasanya kayak… gue kok pengin ya, menyamakan referensi lagu-lagu kita. Gue pengin ada di satu ‘playlist’ yang sama bareng dia. Terlebih dia adalah orang yang cukup sering ikut nonton festival musik secara langsung. Gue pengin kayak orang-orang yang bisa diskusi bareng tentang penyanyi idolanya. Tentang si orang ini lagi bikin album apa. Gimana perubahan musiknya dari tahun ke tahun. Apa yang terjadi sampe harus mengganti personel. Intinya, gue pengin bisa lebih nyambung sama dia. Apalagi kita punya pemikiran yang sama soal musik yang melambangkan identitas seseorang.

Karena itu, di suatu malam, gue nge-LINE dia untuk minta rekomendasi lagu yang pas.

‘Coba lagu ini deh,’ tulisnya di LINE. Dia menyarankan gue untuk mendengarkan lagu Sleeping With Sirens yang berjudul Roger Rabbit.

‘Ini kok ada scene-scene-nya gitu?’
‘Iyaaa itu dia EP.’

Gue gatau apa itu EP. Tapi berhubung lagi males kelihatan dungu, gue memilih untuk bangun, beranjak duduk dan menyalakan laptop. Gue memasang headphone, lalu menekan tombol play.

Nobody’s gonna love you if
You can’t display a way to capture this

Nobody’s gonna hold your hand
And guide you through no it’s up for you to understand

Gue membuka mata. Tersenyum, lalu mengetik: ‘Ini yang nyanyi cewek?’

‘Bukan. Hahahaha.’ Entah kenapa tawa khasnya seperti terdengar di kamar ini. Lalu gantian gue yang tertawa, setelah mengetahui kalau band tersebut sebenarnya beraliran post-hardcore yang biasa manggung sambil teriak-teriak.

Gue mematikan lampu.
Malam itu, gue memutar Roger Rabbit berulang, dan berulang kali sampai ketiduran.

Terima kasih, sudah memberikan lagu manis ini.

Viewing all articles
Browse latest Browse all 206

Trending Articles