Baru beberapa hari lalu ngebuka foto-foto yang ada Dodi-nya, eh semenjak dua hari belakangan muncul penampakan makhluk yang mirip:
Gue sama sekali bingung apakah ini pertanda atau emang kebetulan doang. Soalnya, begitu si makhluk ini gue tanya, dia cuman diem. Anehnya, begitu gue ngomong, ‘Ngeong…’ dia langsung menghentikan semua gerakannya. Ekornya naik sedikit, mengambil posisi mematung dan memerhatikan gue. Tapi, begitu gue deketin, dia malah menghindar. Karena nggak berani lebih deket lagi (takut dia kabur, gue kan belum sempet kenalan!) akhirnya gue foto aja si kucing item kuning ini. Eh, setelah gue perhatiiin baik-baik hasil fotonya di hape, kok kayak ada yang aneh. Gue maju satu langkah, menatap mata kucing ini baik-baik, dan akhirnya menyadari kalau pandangan aneh yang dia berikan memiliki maksud: kalo foto malem jangan pake flash kampret!
Malem ini, dia ga dateng.
Malem ini, malem jumat.
Gue masih kebayang-bayang. Apakah ini sebuah pertanda, atau kebetulan, atau itu adalah Dodi yang bangkit dari kubur?
Anyway, ngomongin bangkit dari kubur, gue jadi kepikiran sendiri. Orang selalu mengidentikkan bangkit dari kubur dengan sesuatu yang horor. Menjadi zombie dan bisa hidup kembali ke dunia. Buat gue, itu pasti awkward banget. Misalnya, kita meninggal tahun 2016, lalu dibangkitkan kembali empat tahun kemudian. Setelah empat tahun berlalu, enggak ada yang bisa menjamin kita masih mengenal tempat itu kan? Mungkin itu kali ya kenapa muka zombie digambarkan dengan polos, tanpa dosa, cengo? Tampang yang mengisyaratkan kayak anjir-ini-gue-di-mana-nih tapi takut buat nanya. Lagipula, dikubur itu pasti bosen. Tiduran, dihimpit sama tanah dari segala sisi udah jelas bikin pegel. Kalo gue bangkit dari kubur, kalimat pertama yang bakal gue ucapkan ke orang-orang paling, ‘Tolong kretekin punggung gue dong, Bro.’
Yah, mudah-mudahan aja besok malem Dodi jadi-jadian ini bisa dateng lagi ke rumah.
--
Setelah berkali-kali nyoba bikin podcast sendirian, kemaren gue memutuskan untuk bikin projekan podcast bareng @shamposachet, namanya Imaginary Talk. Plis, jangan tanya kenapa namanya itu soalnya kita hampir milih nama jadi “Mie Burung Dara Podcast” gara-gara ngobrolinnya di tukang nasi goreng.
Imaginary Talk ini bakal dipublish secara terjadwal setiap hari rabu. Kami akan ngomongin hal-hal keseharian dengan imajinasi yang ngawang-ngawang (secara episode ke-nol ini aja direkam pukul 2 pagi) dan segala sesuatu yang "mengganggu" pikiran kami. Alhasil, suara gue udah kayak orang celeng. Rada-rada nge-bass, sekaligus cempreng, sekaligus nyeret-nyeret ngantuk. Bayangin aja gimana abnormalnya tuh bunyi yang keluar dari mulut gue.
Terus terang, dibanding podcast sebelumnya, gue amat-sangat-senang sama podcast yang ini. Selain karena bikinnya berdua, which is membuat isi podcast-nya jadi jauh lebih “rame”. Tema-tema yang dibahas juga bisa lebh seru karena terdiri dari dua pendapat yang bisa saja berbeda. Gue aja begitu dikirimin hasil editannya sama Kay, ketawa-tawa sendiri dengernya. Entah karena suara gue yang makin lama makin ga jelas, entah gara-gara baru keinget sama apa yang gue omongin... BANGKE!! KENAPA GUE KEMAREN BISA NGOMONG BEGINI DEHH?! :))
But here is it. Imaginary Talk episode 0: Persiapan Puasa:
Tunggu episode pertama Rabu depan ya! \(w)/